City branding adalah upaya membangun identitas sebuah kota. Identitas ini merupakan sebuah konstruksi, sebuah hasil dari proses interaksi antar manusia, institusi dan praktisi dalam kehidupan sosial. Kegiatan city branding menuntut setiap daerah untuk berlomba menciptakan citra tertentu dibenak masyarakatnya sehingga terbentuklah city image yang menjadi karakter sebuah kota. City image (citra kota) inilah yang akan menjadi kekuatan bagi sebuah daerah atau kota sebagai sebuah merek (brand) yang melekat di benak masyarakat dan semua itu tergantung pada identitas kota itu sendiri. City branding pertama kali muncul pada maraknya era otonomi daerah. Seperti halnya di Negara Amerika yang terbagi menjadi beberapa negara bagian. Pionir city branding yang sukses telah diukir oleh New York dengan slogannya I Love NY.
Pada fenomena City
branding ini, menarik alur kajian komunikasi yang diawali dari Komunikator,
dalam hal ini pemerintahan yang membuat kebijakan serta ide-ide awal mengenai
identitas itu sendiri. Kemudian bagaimana ide itu dirumuskan menjadi sebuah
pesan yang akan disampaikan kepada publik melalui saluran-saluran komunikasinya
yakni pembuatan rancangan program city
branding yang akan dilaksanakan oleh dinas-dinas terkait. Setelah itu akan
mengidentifikasi bagaimana program-program itu berjalan melalui saluran-saluran
yang telah ditentukan, apakah telah berjalan sesuai dengan rancangan atau ide
awal. Hingga bagaimana penerimaan publik atas kebijakan tersebut. Konsep atau
teori yang mendukung penelitian studi city
branding adalah teori komunikasi dalam hal ini komunikasi pemasaran serta
merek yang kemudian dikenal dengan istilah branding.
Simon Anholt
(2007) mendefinisikan city branding
sebagai bagian dari kajian ilmu komunikasi terutama sebagai fungsi public relations yaitu dengan
mengartikan city branding sebagai
manajemen citra suatu destinasi melalui inovasi strategis serta koordinasi
ekonomi, komersial, sosial, kultural, dan peraturan pemerintah. Pengertian ini
diperkuat dengan pendapat lain yang dicetuskan oleh Kavaratzis (2008, h.8) yang
mengungkapkan bahwa city branding
umumnya memfokuskan pada pengelolaan citra, tepatnya apa dan bagaimana citra
itu dibentuk serta aspek komunikasi yang dilakukan dalam proses pengelolaan citra. City branding juga merupakan
tugas dan kolaborasi dari semua pihak (Stakeholders) yang terkait dengan kota
tersebut. Tanggung jawab kesukseskan city
branding terdapat diseluruh public internal kota, baik pemerintah
kota, swasta, pengusaha, Interest Group
dan masyarakat kota tersebut. Dalam city
branding, yang diutamakan adalah dengan memfungsikan seluruh potensi kota
agar bernilai dan fungsional.
Konsep City branding ini kemudian berbanding
lurus dengan salah satu aspek pembangunan yang ada di suatu wilayah. Karena
merupakan salah satu program pembangunan maka pemerintah haruslah
mengkomunikasikan manfaat atau kegunaan setiap pembangunan didaerahnya kepada
masyarakat. Pemerintah dalam menyampaikan pesan-pesan pembangunan haruslah
mempunyai kredibilitas, daya tarik, harapan dan perasaan agar masyarakat dapat
dipengaruhi untuk mengikuti keinginan dari pemerintah sehingga pembangunan
dapat dilaksanakan.
Dalam dunia keilmuan bidang sosial khususnya Ilmu Komunikasi,
dasar dari pengembangan marketing dan branding khususnya untuk sebuah kota
merupakan pengembangan dan pengimplementasian dari berbagai disiplin ilmu. City branding yang kini sedang marak
diterapkan diberbagai kota merupakan turunan dari berbagai ilmu seperti ilmu
komunikasi, sosiologi, ekonomi, antropologi dan berbagai ilmu lainnya. Dalam
kajian ilmu komunikasi sendiri pada hakikatnya adalah proses penyampaian
pesan oleh komunikator kepada komunikan (Effendy, 2003, h.10), sedangkan
komunikasi menurut Lasswell (dalam Mulyana, 2007, h.69) adalah “Who say what in which channel, to whom,
with what effect (siapa yang mengatakan apa di saluran kepada siapa dan apa
pengaruhnya).
Daftar Rujukan
Anholt,
Simon. 2007. Competitive Identity: The New Brand Management for Nations, Cities
and Regions. USA: Palgrave Macmillan.
Kavaratzis,
Mihalis. 2004. From city marketing to City Branding: Towards a theoretical
framework for developing city Brands. Place Branding, Vol. 1, No. 1.
Effendy,
Onong Uchjana. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan
Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyana,
Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Bagikan
Pengertian dan Fungsi City Branding
4/
5
Oleh
Mansur Hidayat