Judul : Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Mutakhir
Oleh : Mansur Hidayat
Implementasi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akan dilaksanakan akhir tahun 2015 dengan sasarannya yang mengintegrasikan ekonomi regional Asia Tenggara menggambarkan karakteristik utama dalam bentuk pasar tunggal dan basis produksi, kawasan ekonomi yang sangat kompetitif, kawasan pengembangan ekonomi yang merata atau seimbang, dan kawasan yang terintegrasi sepenuhnya menjadi ekonomi global, dengan kalimat “Satu Visi–Satu Identitas–Satu Komunitas” menjadi visi dan komitmen bersama yang hendak diwujudkan oleh ASEAN pada tahun 2020.
Bagi Indonesia, MEA merupakan
kesempatan baik karena hambatan perdagangan akan cenderung berkurang bahkan
menjadi tidak ada. Hal tersebut akan berdampak meningkatnya eskpor dan pada
akhirnya meningkatkan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia. Pada sisi
investasi, kondisi ini dapat menciptakan iklim yang mendukung
masuknya Foreign Direct Investment (FDI) yang dapat menstimulus
pertumbuhan ekonomi melalui perkembangan teknologi, penciptaan lapangan kerja,
pengembangan sumber daya manusia (human capital) dan akses yang lebih mudah
kepada pasar dunia.
Dari aspek ketenagakerjaan,
terdapat kesempatan yang sangat besar bagi para pencari kerja karena tersedia
banyak lapangan kerja dengan keahlian yang beraneka ragam untuk berbagai kebutuhan.
Selain itu, akses untuk pergi keluar negeri dalam rangka mencari pekerjaan
menjadi lebih mudah bahkan bisa jadi tanpa ada hambatan tertentu. MEA
juga menjadi kesempatan yang bagus bagi para wirausahawan untuk mencari pekerja
terbaik sesuai dengan kriteria yang diinginkan.
Keunggulan tersebut tak mampu
menepis fakta yang menunjukan kehadiran sejumlah tantangan krusial bagi
Indonesia agar tak hanya menjadi pasar dalam pelaksanaan MEA. (Armenia, 2015)
mengungkapkan bahwa Menteri Perdagangan Rachmat Gobel melihat sedikitnya ada
delapan tantangan yang harus diatasi. Dari delapan tantangan tersebut salah
satunya adalah kompetensi sumber daya manusia terampil yang belum maksimal. Hal
tersebut memberi informasi tentang lemahnya kompetensi sumber daya manusia (SDM)
yang belum mampu mendongkrak keyakinan bangsa Indonesia sanggup bersaing dalam
MEA.
Jika tidak segera dilakukan
persiapan dalam memperbaiki SDM yang memiliki karakter dan kompetensi baik,
maka dikhawatirkan pelaksanaan MEA justru akan menjadi beban baru bagi
pemerintah Indonesia dalam hal mengurangi angka pengangguran dan peningkatan
ekonomi masyarakat. SDM merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan oleh
semua kalangan, selain dari institusi pemerintahan juga masyarakat pada
umumnya. Saling bersinergi dalam merekatkan tali kerja sama yang kuat karena
mengingat ada beberapa hal dapat berpengaruh terhadap kompetensi SDM
berkualitas, salah satunya adalah pendidikan karakter.
Kompetensi SDM merupakan sebuah
hasil dari output pendidikan. Sebagaimana dikatakan (Langgulung, 1987)
pendidikan mencakup dua kepentingan utama, pengembangan kompetensi individu dan
pewaris nilai-nilai budaya. Dengan demikian peran pendidikan sangat berpengaruh
untuk mengantarkan SDM memiliki potensi terampil dan professional, (Winarno,
2014) pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana agar potensi manusia dapat
tumbuh dan berkembang. Sejalan dengan tujuan tersebut, disusunlah pendidikan
dengan mengintegrasikan pendidikan karakter di dalamnya hingga layak dan serasi
dengan tujuan pengembangan SDM sebagai pendukung nilai-nilai budaya bagi
peningkatan kemajuan peradaban.
Lingkungan pendidikan terdapat
beberapa lingkup yang saling berpengaruh menciptakan karakter dan pola pikir
peserta didik. Pertama, pendidikan keluarga. Merupakan faktor yang penting
dalam pembentukan karakter, menurut (Jalaludin, 2013) keluarga mempunyai peran
terdepan dalam pembentukan watak dasar atau karakter anak. Karena sejak lahir
di dunia lingkungan yang pertama dilihat anak adalah lingkungan keluarga, pada
tahap awal perilaku orang tua yang menjadi acuan dalam menilai baik dan buruk,
keluarga perlu memberikan pendidikan yang baik pada anaknya, sehingga menjadi
hadiah besar untuk perjalanan masa depannnya nanti, dan akan berdampak positif
untuk orang tua sebagai bekal investasi masa depan.
Kedua, Teman sebaya juga sangat
berpengaruh dalam pembentukan karakter, tatkala anak sudah beranjak masa
sekolah pergaulan terhadap teman mempengaruhi pola berpikir, kepribadian dan
pandangan mengenai baik dan buruk beralih dari orang tua kepada teman sebaya
karena anak lebih merasa nyaman ketika bergaul dengan temannya dan lebih
terbuka. Teman baik akan menjadikan pribadi baik dan begitu pula sebaliknya,
sehingga memilih teman baik juga perlu ditekankan untuk memberikan dampak yang
positif. Sebagaimana dikatakan (Winarno, 2014) bahwa pergaulan yang intensif
dengan teman sebaya akan mampu memberikan efek yang besar dalam pembentukan
karakter.
Ketiga, instansi sekolah adalah
fase berikutnya yang bertanggung jawab membentuk karakter peserta didiknya.
Diharapkan dapat mengambil alih peran orang tua dalam meneruskan penanaan
nilai-nilai untuk membentuk karakter peserta didik. Guru atau pendidik memiliki
tugas teramat berat sebagai moncong terdepan yang berinteraksi langsung dengan
peserta didik. Al-Ghazali dalam jalaluddin (2013) mengatakan bahwa seorang
pendidik memiliki pengaruh sebagai paramount. Pendidik sebagai examplar moral
dan moral guide, seorang anak belajar dengan meniru apa yang “dilakukan guru”
daripada apa yang “dikatakan guru”.
Pendidikan karakter akan
mengantarkan peserta didik pada pengenalan nilai secara kognitif, lalu
penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya pada pengamalan nilai secara
nyata. Pendidikan telah dipahami mempunyai dua tujuan yang besar, yaitu:
membantu peserta didik menjadi pandai dan membantu peserta didik menjadi baik
(Lickona, 1991). Pendidik memiliki tugas utama untuk mengajarkan ilmu
pengetahuan dan menanamkan karakter dan nilai-nilai kemanusiaan pada peserta
didiknya. Sebagaimana dikatakan (Winarno, 2014) tugas utama pendidik dalam hal
transfer of knowledge dan transfer of value.
Pendidikan sebagai konstribusi
terbesar dalam pengaruh menciptakan generasi terbaik yang seharusnya memiliki
karakteristik untuk memenuhi kebutuhan peserta didiknya. (Abdussalam, 2011).
Sebagai amanat, peserta didik merupakan titipan yang harus diperlakukan dengan
sebaik-baiknya oleh yang diberi amanat. Bentuk pelaksanaan amanah itu adalah
dengan melaksanakan hak-hak peserta didik dengan baik, serta memberikan
pendidikan yang layak dengan mengintegrasikan pendidikan karakter di dalamnya.
Pembangunan karakter generasi muda akan mendorong identitas anak bangsa di
tengah era globalisasi dan akuluturasi budaya dunia. Mengintegrasikan
pendidikan karakter ke dalam pendidikan mutakhir sangat diperlukan, sehingga
bangsa Indonesia memiliki generasi yang berkompetensi dan terampil secara
maksimal guna menyongsong MEA.
Bagikan
Contoh Essay Pendidikan Karakter
4/
5
Oleh
Mansur Hidayat