Selasa, 03 Oktober 2017

6 Hal Yang Harus Dilakukan Menghadapi Tantrum Pada Anak Autis


Tantrum, tantrum, tantrum. Sudah pernah mendengar kah kata “ tantrum” sering? Jarang? Atau bahkan baru mendengar?  Tantrum dapat diartikan sebagai sebuah ledakan atau lebih jelasnya luapan emosi yang di ungkapkan oleh anak. Iya oleh anak, jadi sesungguhnya tantrum juga dialami oleh semua anak, baik regular maupun anak berkebutuhan khusus. Namun yang membedakan, jika tantrum yang dialami anak regular, dia dapat mengontrol emosi, atau luapana nya dengan baik, tapi hal ini sulit berlaku pada anak autis.

Mengapa anak autis bisa gampang tantrum? Tatrum biasanya terjadi jika anak tidak atau belum terpenuhi apa yang diinginkan, namun kasus pada anak autis ini biasanya terjadi pada anak autis dengan hambatana komunikasi, sehingga dia menggunakan komunikasi non verbal dalam kehidupan sehari- harinya. Hal inilah yang membuat sedikit membutuhan tenaga ekstra untuk menghadapi kondisi tersebut, dengan anak autis yang masih non verbal terkadang kita tidak dapat langsung faham faktor yang membuatnya tantrum atau keingin apa yang belum terpenuhi.
Bedasarkan  pengalaman mengajar di salah satu instansi anak autis, ada beberapa hal yang dapat di lakukan untuk menangani ketika anak autis mengalami tantrum.

1. Zona Aman
Pada saat anak sedang dalam kondisi tantrum, maka hal yang pertama yang harus kita perhatikan adalah, pastikan bahwa tempat atau area di sekitar anak aman, jauh dari anak kecil, tidak ada benda tajam ataupun benda tumpul yang dapat membahayakan kondisi orang lain bahkan kondisi anak tersebut.

2. Me time
Berikan waktu untuk pada anak untuk menenangkan diri sendiri terlebih dahulu, agar anak lebih tenang setelah kondisi tantrum dengan perilaku yang tidak dapat di kendalikan, memberikan waktu bagi anak untuk menenangkan dirinya sendiri pada tempat yang biasa dia tempati, hal ini dapat berlaku ketika sedang ada di rumah, jika saat kondisi tantrum anak berada di tempat umum, maka anda sebagai orang dewasa dapat mengajak anak yang lebih aman, sepi, serta pastikan anak tidak terlepas dari gandengan anda.

3. Netralkan emosi anak
Pamahi bahwa yang sedang anda hadapi adalah anak autis, anak spesial, anak yang membutuhkan pengertian, pemahaman, serta cara yang spesial dalam memahaminya. Ketika anak sedang tantrum, setelah dia dapat menenangkan dirinya, duduk diam dan mulai tenang, berdoa terlebih dahulu, lalu dekati anak dengan suasana yang ceria, santai dan lebih bersahabat

4. Face to face
Ketika emosi anak sudah mulai stabil, mulailah dengan wajah yang bersahabat, ajak bicara anak dengan menatap kedu matanya, meskipun akan lebih banyak anak membuang muka pada kita ketika sedang mengalami tantrum. Tanyakan kepada anak apa yang dia inginkan, dengan bahasa bahasa yang sederhana,. Contohnya Kamu kenapa? Minta Apa ? Kenapa marah – marah? Sambil juga tetap untuk menatap anak, atau juga dapat dengan sentuhan yang hangat. Meskipun anak tidak langsng menjawab ulangi terus dengan sikap yang lebih ramah.

5. Biarkan anak menunggu
Setelah kita tahu apa yang di inginkan, contohnya A kenapa marah? Ada apa, minta apa?  Misalkn dalam kasus yang terjadi A sedang mengikuti pembelajaran berhitung, namun si A menolak dan ingin bermain ayunan. Maka sampaikan, berikan pemahaman pada si A. A boleh main ayunan kalau sudah selesai berhitung. A tidak boleh marah, nanti kalau berhitung selesai kita main ayunan sama – sama. Adakalanya kita sebagai orang tua, menghindari anak tantrum sehingga apa yang diminta langsung diberikan, padahal ada tugas yang belum di selesaikan, sebenarnya hal ini tidak baik bagi anak. Dengan kondisi tantrum kemudian stimulus yang di inginkan langsung diberikan, maka anak akan membuat konsep, bahwa dengan marah maka apapun yang saya minta akan langsung di berikan. Maka langkah yang baik adalah ajak anak untuk lebih tenang, bersama- sama menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu, maka dengan begitu anak akan tahu, bahwa jika saya meminta ini, maka saya harus menyelesaikan itu terlebih dahulu.

6. Pilihan terakir
Adakalnya solusi ini anda letakkan pada bagian paling akhir, setelah ke 5 cara tersebut sudah anda lakukan. Kontak fisik, ya! Kontak fisik diperlukan hal ini untuk memnimalisir anak melakukan tindakan yang dapat merugikan orang lain dan dirinya sendiri. Anak autis cenderung menyakiti dirinya sendiri ketika dia dalam kondisi tantrum. Dari pengalaman saya ada beberapa anak autis ketika tantrum menyakiti dirinya sendiri seperti membentur- benturkan kepala ke tembok, mancakar bagian tubuhnya sendiri, bahkan ada yang mencekik orang di sekitarnya. Maka hal ini di perlukan kontak fisik, dengan cara tempatkan anak pada kasur yang tipis, yang mudah dilipat/ di gulung, pastikan bagian kepala anak tidak tertutup oleh kasur, hanya pada bagian tangan sampai kaki, kemudia gulung anak dengan kasur tersebut.


sekian semoga bermanfaat ^_^


*derajat orang yang cerdik

Bagikan

Jangan lewatkan

6 Hal Yang Harus Dilakukan Menghadapi Tantrum Pada Anak Autis
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.