Tantrum, tantrum, tantrum. Sudah
pernah mendengar kah kata “ tantrum” sering? Jarang? Atau bahkan baru
mendengar? Tantrum dapat diartikan
sebagai sebuah ledakan atau lebih jelasnya luapan emosi yang di ungkapkan oleh
anak. Iya oleh anak, jadi sesungguhnya tantrum juga dialami oleh semua anak,
baik regular maupun anak berkebutuhan khusus. Namun yang membedakan, jika
tantrum yang dialami anak regular, dia dapat mengontrol emosi, atau luapana nya
dengan baik, tapi hal ini sulit berlaku pada anak autis.
Mengapa anak autis bisa gampang
tantrum? Tatrum biasanya terjadi jika anak tidak atau belum terpenuhi apa yang
diinginkan, namun kasus pada anak autis ini biasanya terjadi pada anak autis
dengan hambatana komunikasi, sehingga dia menggunakan komunikasi non verbal
dalam kehidupan sehari- harinya. Hal inilah yang membuat sedikit membutuhan
tenaga ekstra untuk menghadapi kondisi tersebut, dengan anak autis yang masih
non verbal terkadang kita tidak dapat langsung faham faktor yang membuatnya
tantrum atau keingin apa yang belum terpenuhi.
Bedasarkan pengalaman mengajar di salah satu instansi
anak autis, ada beberapa hal yang dapat di lakukan untuk menangani ketika anak
autis mengalami tantrum.
1. Zona Aman
Pada saat anak sedang dalam
kondisi tantrum, maka hal yang pertama yang harus kita perhatikan adalah,
pastikan bahwa tempat atau area di sekitar anak aman, jauh dari anak kecil,
tidak ada benda tajam ataupun benda tumpul yang dapat membahayakan kondisi
orang lain bahkan kondisi anak tersebut.
2. Me time
Berikan waktu untuk pada anak
untuk menenangkan diri sendiri terlebih dahulu, agar anak lebih tenang setelah
kondisi tantrum dengan perilaku yang tidak dapat di kendalikan, memberikan
waktu bagi anak untuk menenangkan dirinya sendiri pada tempat yang biasa dia
tempati, hal ini dapat berlaku ketika sedang ada di rumah, jika saat kondisi
tantrum anak berada di tempat umum, maka anda sebagai orang dewasa dapat
mengajak anak yang lebih aman, sepi, serta pastikan anak tidak terlepas dari
gandengan anda.
3. Netralkan emosi anak
Pamahi bahwa yang sedang anda
hadapi adalah anak autis, anak spesial, anak yang membutuhkan pengertian,
pemahaman, serta cara yang spesial dalam memahaminya. Ketika anak sedang
tantrum, setelah dia dapat menenangkan dirinya, duduk diam dan mulai tenang,
berdoa terlebih dahulu, lalu dekati anak dengan suasana yang ceria, santai dan
lebih bersahabat
4. Face to face
Ketika emosi anak sudah mulai
stabil, mulailah dengan wajah yang bersahabat, ajak bicara anak dengan menatap
kedu matanya, meskipun akan lebih banyak anak membuang muka pada kita ketika
sedang mengalami tantrum. Tanyakan kepada anak apa yang dia inginkan, dengan
bahasa bahasa yang sederhana,. Contohnya Kamu kenapa? Minta Apa ? Kenapa marah
– marah? Sambil juga tetap untuk menatap anak, atau juga dapat dengan sentuhan
yang hangat. Meskipun anak tidak langsng menjawab ulangi terus dengan sikap
yang lebih ramah.
5. Biarkan anak menunggu
Setelah kita tahu apa yang di
inginkan, contohnya A kenapa marah? Ada apa, minta apa? Misalkn dalam kasus yang terjadi A sedang
mengikuti pembelajaran berhitung, namun si A menolak dan ingin bermain ayunan.
Maka sampaikan, berikan pemahaman pada si A. A boleh main ayunan kalau sudah
selesai berhitung. A tidak boleh marah, nanti kalau berhitung selesai kita main
ayunan sama – sama. Adakalanya kita sebagai orang tua, menghindari anak tantrum
sehingga apa yang diminta langsung diberikan, padahal ada tugas yang belum di
selesaikan, sebenarnya hal ini tidak baik bagi anak. Dengan kondisi tantrum
kemudian stimulus yang di inginkan langsung diberikan, maka anak akan membuat
konsep, bahwa dengan marah maka apapun yang saya minta akan langsung di
berikan. Maka langkah yang baik adalah ajak anak untuk lebih tenang, bersama-
sama menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu, maka dengan begitu anak akan tahu,
bahwa jika saya meminta ini, maka saya harus menyelesaikan itu terlebih dahulu.
6. Pilihan terakir
Adakalnya solusi ini anda
letakkan pada bagian paling akhir, setelah ke 5 cara tersebut sudah anda
lakukan. Kontak fisik, ya! Kontak fisik diperlukan hal ini untuk memnimalisir
anak melakukan tindakan yang dapat merugikan orang lain dan dirinya sendiri.
Anak autis cenderung menyakiti dirinya sendiri ketika dia dalam kondisi
tantrum. Dari pengalaman saya ada beberapa anak autis ketika tantrum menyakiti
dirinya sendiri seperti membentur- benturkan kepala ke tembok, mancakar bagian
tubuhnya sendiri, bahkan ada yang mencekik orang di sekitarnya. Maka hal ini di
perlukan kontak fisik, dengan cara tempatkan anak pada kasur yang tipis, yang
mudah dilipat/ di gulung, pastikan bagian kepala anak tidak tertutup oleh
kasur, hanya pada bagian tangan sampai kaki, kemudia gulung anak dengan kasur
tersebut.
sekian semoga bermanfaat ^_^
sekian semoga bermanfaat ^_^
*derajat orang yang cerdik
Bagikan
6 Hal Yang Harus Dilakukan Menghadapi Tantrum Pada Anak Autis
4/
5
Oleh
Mansur Hidayat