Selasa, 10 Oktober 2017

Pengertian dan Prinsip Pendidikan Literasi


Pegertian literasi
Literasi dalam dalam bahasa inggir Literacy yang berasal dari bahasa Latin littera (huruf) pengertiannya melibatkan penguasaan sistem tulisan dan konvensi-konvensi menyertainya. Namun demikian, literasi utamanya berhubungan dengan bagaimana bahasa itu digunakan. Adapun sistem bahasa tulis itu sifatnya sekunder. Ketika berbicara mengenai bahasa, tentunya tak bisa lepas dari pembicaraan mengenai budaya, karena bahasa itu sendiri merupakan bagian dari budaya. Oleh karena itu, definisi istilah literasi tentunya harus mencakup unsur yang mencakup bahasa itu sendiri, yakni situasi sosial budayanya. Berkenaan dengan ini Kern (2000) mendefinisikan istilah literasi secara komprehensif sebagai berikut:

Literacy is the use of socially-, and historically-, and culturallysituated practices of creating and interpreting meaning through texts. It entails at least a tacit awareness of the relationships between textual conventions and their context of use and, ideally, the ability to reflect critically on those relationships. Because it is purpose-sensitive, literacy is dynamic – not static – and variable across and within discourse communities and cultures. It draws on a wide range of cognitive abilities, on knowledge of written and spoken language, on knowledge of genres, and on cultural knowledge.

(Literasi ialah penggunaan praktik-praktik kondisi sosial, dan historis, serta kultural yang menciptakan serta menginterpretasikan makna melalui teks. Literasi membutuhkan setidaknya sebuah kepekaan yang tidak terucap tentang hubungan-hubungan antara konvensi-konvensi tekstual dan konteks kegunaannya serta ideal kemampuan untuk berefleksi secara kritis tentang hubungan-hubungan tersebut. Karena peka dengan maksud atau tujuan, literasi tersebut bersifat dinamis tidak statis serta dapat bervariasi di antara dan di dalam komunitas. kultur diskursus atau  wacana. Literasi membutuhkan serangkaian kemampuan kognitif, pengetahuan bahasa tulis dan lisan, pengetahuan tentang genre, dan pengetahuan kultural).

Pernyataan di atas diketahui bahwa literasi membutuhkan kemampuan yang kompleks. Adapun pengetahuan mengenai genre adalah pengetahuan mengenai jenis-jenis teks yang berlaku atau digunakan dalam komunitas wacana misalnya, teks naratif, eksposisi, deskripsi dan lain-lain. Terdapat setidaknya tujuh unsur membentuk definisi tersebut, yaitu berkenaan dengan interpretasi, kolaborasi, konvensi, pengetahuan kultural, pemecahan masalah, refleksi, dan penggunaan bahasa. Ketujuh hal tersebut setidaknya merupakan prinsip-prinsip dari literasi.

Prinsip Pendidikan Literasi
Menurut Kern (2000) terdapat tujuh prinsip pendidikan literasi, yaitu sebagai berikut:

1.       Literasi melibatkan interpretasi
Penulis atau pembicara dan pembaca atau pendengar berpartisipasi dalam tindakan interpretasi, yaitu: penulis atau pembicara menginterpretasikan dunia (peristiwa, pengalaman, gagasan, perasaan, dan lain-lain), dan pembaca atau pendengar kemudian mengiterpretasikan interpretasi penulis atau pembicara dalam bentuk konsepsinya sendiri tentang dunia.

2. Literasi melibatkan kolaborasi
Terdapat kerjasama antara dua belah pihak yaitu penulis atau pembicara dan membaca atau pendengar. Kerjasama yang dimaksud tersebut kedalam upaya menuju suatu pemahaman bersama-sama. Penulis atau pembicara memutuskan apa yang seharusnya ditulis atau dikatakan atau yang tidak perlu ditulis atau dikatakan berdasarkan pemahaman mereka mengenai pembaca atau pendengarnya. Sementara pembaca atau pendengar mencurahkan motivasi, pengetahuan, dan pengalaman mereka sehingga dapat membuat teks penulis bermakna.

3. Literasi melibatkan konvensi
Orang-orang membaca dan menulis atau menyimak dan berbicara itu ditentukan oleh konvensi atau kesepakatan kultural (tidak universal) yang berkembang melalui penggunaan dan dimodifikasi untuk tujuan-tujuan individual.

4. Literasi melibatkan pengetahuan kultural
Membaca dan menulis atau menyimak dan berbicara berfungsi dalam sistem-sistem sikap, keyakinan, kebiasaan, cita-cita, dan nilai tertentu. Sehingga orang-orang tersebut berada di luar suatu sistem budaya itu rentan atau beresiko salah dipahami oleh orang-orang yang berada dalam system budaya tersebut.

5. Literasi melibatkan pemecahan masalah
Perkataan tersebut akan terus melekat ke dalam konteks linguistik serta kondisi yang mencakupinya, oleh karena itu tindakan menyimak, berbicara dan membaca serta menulis itu bisa melibatkan upaya membayangkan hubungan-hubungan antara kata-kata, frase-frase, kalimat-kalimat, unit-unit makna, teks-teks, dan dunia-dunia. Upaya tersebut membayangkan atau memikirkan atau mempertimbangkan ini merupakan suatu bentuk pemecahan masalah.

6. Literasi melibatkan refleksi dan refleksi diri.
Pembaca atau pendengar dan penulis atau pembicara memikirkan bahasa dan hubungan-hubungannya dengan dunia dan diri mereka sendiri. Setelah mereka terdapat dalam kondisi komunikasi mereka memikirkan apa saja yang telah mereka ucapkan, bagaimana mengucapkannya, dan mengapa mengucapkan hal tersebut.

7. Literasi melibatkan penggunaan bahasa
Literasi tidaklah sebatas hanya dalam sistem-sistem bahasa (lisan atau tertulis) namun mensyaratkan pengetahuan mengenai bagaimana bahasa itu digunakan baik dalam konteks lisan ataupun tertulis sehingga menciptakan sebuah wacana atau diskursus.


Berdasarkan penjabaran diatas kita dapat mengetahui bahwa prinsip pendidikan literasi adalah literasi yang melibatkan interpretasi, kolaborasi, konversi, pengetahuan kultural, pemecahan masalah dan refleksi diri serta melibatkan penggunaan bahasa.

Bagikan

Jangan lewatkan

Pengertian dan Prinsip Pendidikan Literasi
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.