Sabtu, 23 September 2017

Kenapa Cahaya Menghilang? seketika Bersahabat dengan Gelap


Ao rek, Sehat? Sudah bersyukur hari ini, atas segala nikmat yang sudah di kasi Cuma- Cuma sama Yang Maha Kuasa? Semoga selalu bersyukur apapun keadaannya, karena dengan syukur menjadikan pribadi tetap merasa cukup, tulisan ini masih tentang tunanetra (jangan bosen nggeh) ini cerita lengkapnya dari si A. 

Hey aku si anak bungsu, aku menyapa dunia dengan tangisanku yang begitu kencang, tangisan ini menandakan aku hidup, sebagaimana anak bungsu, aku selalu menjadi yang utama bagi orang tuaku, terlebih aku berasal dari keluarga yang cukup berada. Semua berjalan dengan normal, indah, aku berkembang dengan baik. Lihat! Bahkan aku sering bepergian dengan kedua orang tuaku, mencari tempat – tempat elok yang dapat membuatku menjadi segar kembali, aku bahkan juga bermain dengan teman sebayaku,mulai dari petak umpet, bermain kesana-kemari dengan sepada kebanggaanku, bahkan aku juga suka menggambar alam- alam yang sering aku jumpai jika bepergian.

Cahaya,lukisan alam, eloknya pemandagan gunung, indahnya matahari di pantai, cantiknya mama, senyum hangatnya milik papa, warna segala warna yang aku jumpai setiap hari, sepada kebanggaan yang aku naiki setiap sore, dan semua yang dapat aku gambarkan hanya bertahan selama 7 tahun. Yaps, just 7years, setelah itu semua hanya hitam, gelap, pekat, tak tergambar apapun.

Hitam,hitam,hitam, gelap, gelap,gelap hingga saat ini hanya satu warna itu yang dapat menggambarkan dunia ini.

Sekarang aku menjadi seorang tunanetra, seperti yang kalian baca aku “pernah“ bisa melihat, semua itu berhenti saat aku beranjak 7 tahun, bayangkan saja usia 7 tahun ketika aku masih dalam fase bermain, bermain, bermain, semua itu diangkat begitu saja, tanpa persetujuanku, bahkan penyakit ini dengan kurang ajarnya tanpa permisi masuk ke dalam hidupku, dan merubah segala- gala- galanya.

Katarak! Katarak yang nggak tau diri inilah yang sudah merebut penglihatanku yang membuatku menjadi seorang tunanetra. Katarak adalah penyakit, dimana lensa mata menjadi keruh sehingga membuat penglihatan menjadi tidak jelas. Bingung? Sama! Kenapa? Karena kalau kita dengar kata “Katarak” adalah penyakit yang identik di derita oleh orang – orang manula. Buka seperti anak kecil seperti aku ini. Namun faktanya, katarak dapat menyerang siapapun ada yang mungkin anak- anak yang terlahir dengan katarak. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan katarak di usia muda atara lain trauma mata, penyakit kulit, infeksi, genetika, diabetes, penggunaan obat tertentu

Sejak Katarak ini menjadi benalu di mataku, kegiatanku hanyalah pergi berobat, sembuh,sembuh, sembuh, selalu optimis karena usiaku yang masih teramat muda, jadi mudah saja katarak ku sembuh. Optimis! Apalagi yang diharapkan dari orang lain selain sembuh dan sikap optimis untuk menjadi lebih baik. Malam itu akhirnya disepakati untuk melakukan operasi buat katarak ini, awalnya hanya salah satu mata yang terkena katarak. Coba saja dengan usia 7 tahun harus melakukan perjalanan dari seberang kota ke kota tetangga untk mendapatkan pengobatan ( karena di tempatku tinggal fasilitas belum memadai, oh ya maaf ya nggak bisa nyebutin, sudah kesepakatan personal)  Operasi lancar, selesai hanya menunggu saat pemulihan. Sembuh, sembuh, sembuh, sembuh ! Aku bosan dengan suasana sakit, bau obat, makanannya, aturannya,geraknya pun serba di batasi.

Usai, dan yey........ waktu pulang ke rumah, segala tempat untuk pulang, melepas rindu, selalu menjadi tempat pulang, dengan segala senyuman sepanjag perjalanan, dan rencana- rencana hebat, mau bermain ini itu, karena jadwal main yang tersita saat operasi. Dalam kondisi bahagia ini, rencana – rencana hebat yang sudah aku susun, si katarak ini masih memeluk mesra mataku, di tengah perjalanan, mataku berdarah.  Batal!  Gagal! Usai sudah rencana bermain, rencana dari segala rencana selesai hari itu, bahkan katarak dengan serakahnya merebut kedua- duanya mataku. Episode aku melihat dunia dengan dua indra penglihatan berakir usai hari itu.

Marah pasti! Benci iya, nangis sebagai aktivitas sehari – hari kala itu, bahkan aku berhenti sekolah kurang lebih selama 2 tahun, kalian tahu apa yang aku lakukan saat pertama kali aku menjadi seorang tunanetra? Aku mengendarai sepeda milikku sendiri, aku bahkan masih tidak terima menjadi tunanetra, nabrak pohon, nabrak benda apapun di jalan tersebut, aku kayuh sepeda itu hingga aku menabrak sebuah tembok dan berhenti, apa yang aku lakukan? Apalagi kalau tidak menangis? Hanya itu yang bisa aku lakukan, toh aku juga masih sangat muda untuk menjadi seorang yang bijaksana dapat menerima kegelapan dunia itu. Lantas aku membenci sepeda, aku buang sepedaku, aku menyerah! Aku tamat! Yang aku lakukan hanyalah, makan, tidur, masuk kamar!

2 tahun pertama hanya dengan satu warna gelap mebuatku menjadi pribadi yag pemarah, curiga.
( disini tidak dijelaskna awal mula dia bisa bertemu dengan sesorang, jadi penulis nulis apa adanya) Bosan dengan aktivitas selama 2 tahun, lelah dengan menyesali keadaan,tidak ada perubahan apapun, akhirnya aku masuk sekolah luar biasa (SLB yang di tempati ini di sebuah kota yang sudah maju, oh iya jadi setelah si A menjadi tunanetra, keluarganya melakukan urbanisasi mencari kota yang lebih baik fasilitasnya, juga untuk memulihkan psikis si A) Aku masuk SLB, mulai dari sd kelas 1, semuanya dimulai dari awal, layaknya aku terlahir kembali, namun di SLB ini ternyata aku tidak sendiri, banyak teman – teman yang juga di renggut penglihatannya, dengan proses disini aku mulai bisa tersenyum, belajar dengan menggunakan media yang kusus untuk tunanetra , salah satunya huruf braille 


Aku diajari berbagai hal untuk menjadi seorang tunanetra yang mandiri, jika kalian tahu, aku bahkan pernah memenangkan kompetisi catur, bermain gitar, bermain piano (untuk bermain alat musik ini, dia otodidak, sepertinya memang ada bakat, kemudian keluarga memfasilitasi juga, bahkan dia juga sering diundang untuk bernyayi di tempat- tempat tertentu) Lantas bagaimana aku bisa mengikuti lomba catur? Sama seperti pada orang reguler lainnya, hanya ada sedikit modifikasi biasanya untuk buah catur yang warna putih atasnya di kasi paku pines untuk menandai itu warna putih, untuk kotak pada papan caturnya terdapat lubang buat nacepin pakunya, jadi buah caturnya nggak jatuh , intinya permainannya sama, namun pada kotak caturnya ada modifikasi nah untuk kotak yang warna hitam biasanya lebih timbul atau lebih tinggi atau kadang lebih kasar, jadi jika diraba terdapat perbedaan.

Yaps, Cuma ini yang bisa di ceritakan, maafkeun tidak bisa se lengkap kisah sinetron, karena terganjal privasi. Semoga bisa memotivasi. Apapun kondisinya sekarang, hanya syukur dan menerima lah yang dapat membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik. Kau lihat, seberapa cerdasnya kita, roda belakang kendaraan tidak akan mampu menyusul roda depan kendaraan. Begitupun dengan keadaan, ada hal – hal yang tidak dapat di paksakan meskipun dengan strategi tingkat orang jenius sekalipun, menerimanya akan membuatmu lebih lega, dan selalu ada cerita di balik kejadian apapun, sekalipun itu daun yang jatuh.


*Derajat orang yang cerdik

Bagikan

Jangan lewatkan

Kenapa Cahaya Menghilang? seketika Bersahabat dengan Gelap
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.