Jika kita perhatikan, tren pekerjaan saat ini adalah lulus sekolah lalu ke kota mencari pekerjaan. Tren seperti ini tidak hanya membuat kondisi kota semakin sesak, tetapi potensi-potensi yang seharusnya bisa dikembangkan di pedesaan, tidak tersentuh sama sekali. Apa yang terjadi selanjutnya? Import dari luar negeri.
Ilusi kemakmuran di kota sangatlah mengerikan, semua orang
berlomba-lomba mendapatkan nilai uang tertinggi.
Seorang penulis ekonomi terkenal michael luwis pernah
menggambarkan kehancuran negara ice land dengan
sistem transakaksi kucing dan anjing, misalkan si A menjual kucingnya kepada si
B dengan nominal Rp 100 Jt. Sedangkan si B menjual anjingnya kepada si A dengan
harga Rp 100 Jt. Begitulah gambaran perusahaan-perusahaan menggelembungkan dana
tanpa melihat aset rill yang memiliki
potensi pendapatan, hingga akhirnya negara ice land bangkrut dan semua
pekerjanya kembali menjadi seorang nelayan.
Gambaran singkat negara ice land diatas menggambarkan sistem
ekonomi diseluruh dunia saat ini, sistem kapitalisasi yang berbasis import
justru dalam jangka panjang akan menyengsarakan rakyat.
Hal tersebut dipeparah dengan tren mencari pekerjaan di
kota, padahal jika kita perhatikan nominal kekayaan mereka hanyalah angka yang
tersimpan di bank. Sejatinya dalam jangka panjang uang mereka akan tergerus
nilainya karena inflasi, dan banyak sekali potongan gaji mereka, asuransi,
reksa dana, pajak, dan kebutuhan hidup yang sangat mahal di kota.
Bagaimana kita bisa mengurai permasalahan tersebut. Seperti yang
dilakukan negara ice land yaitu kembali ke desa. Apa yang kita dapatkan setelah
kembali ke desa.
1. potensi daerah
Banyak sekali kita jumpai, permasalahan di kota sebenarnya
juga bisa dipecahkan di desa, misalkan beras yang mahal, cabai mahal, daging
mahal, semuanya bisa dengan mudah didapatkan di pedesaan.
Dengan kembali ke desa, mereka yang memiliki potensi
akademik yang baik bisa merealisasikan ilmunya untuk mengembangkan potensi
daerahnya. Misalkan saja di daerah A, hampir semua warganya menanam durian,
selama ini mereka hanya menjual durian di pasar atau kepada penjual, mereka
mengikuti harga pasaran. Dengan sentuhan ahli di bidang tata boga, durian bisa
dikembangkan menjadi makanan yang bernilai lebih tinggi. Atau memanfaatkan
kulitnya untuk menjadi makanan. Dengan demikian para petani durian bisa mematok
harganya sendiri, tidak hanya terikat dengan harga penjual.
Contoh lain, di daerah B, terdapat potensi wisata yang masih
alami dan belum memiliki nilai ekonomi. Coba gerakkan pemuda-pemuda karang
taruna untuk mengelolanya menjadi tempat wisata. Secara tidak langsung potensi
daerah terbangun, sekaligus membuka lapangan pekerjaan.
2. orang desa lebih
kaya
Sebenarnya orang desa lebih kaya dibandingkan dengan orang
kota, di desa mereka bisa mendapatkan makanan dengan mudah, bisa menanam
sendiri kalau daging mereka juga bisa memelihara hewan pedaging sendiri.
Namun demikian kenapa mereka terkesan lebih miskin
dibandingkan orang kota? Sebenarnya mereka tidak
lebih miskin bisa jadi mereka tidak memiliki aset berupa kertas, dalam hal
ini adalah uang tetapi aset rill
mereka punya. Rasio kepemilikan rumah di desa juga lebih tinggi dibandingkan
dengan di kota
3. aset tahan inflasi
Aset di desa berupa aset rill yang nilainya intrinsik,
berbeda dengan di kota, yang nilai kekayaan hanya dalam bentuk angka diatas
kertas tanpa memiliki aset rill yang nyata. Sehingga aset di desa lebih tahan
banting karena nilainya tidak tergerus oleh inflasi.
Sehingga ketika gejolak keuangan dunia, di pedesaan lebih
bisa diandalkan, karena mereka tetap menapatkan hasil yang nyata untuk memenuhi
kebutuhan kita tanpa harus menurunkan nilai aset itu sendiri.
__________________
Semoga dengan tulisan ini, tren dari desa ke kota akan terbalik
menjadi kembali ke desa. Karena yang
seharusnya mereka bisa membangun desa lebih memilih tinggal diperkotaan,
desa-desa tidak terbangun, sementara di kota terjadi persaingan yang sangat
sengit, sehingga hanya sediki yang bisa sukses.
Sehingga jika pedesaan kembali terbangun,
permasalahan-permasalahan di kota sebenarnya bisa dipecahkan, tanpa perlu
melakukan kapitalisasi dan import yang dalam jangka panjang justru akan
menyengsarakan negeri kita sendiri.
Bagikan
Membongkar Potensi Kekayaan Pedesaan – ilusi kemakmuran ekonomi modern
4/
5
Oleh
Mansur Hidayat