Sering kita mendengar banyak orang berbicara mengenai masalah literasi di indonesia sangat memperhatinkan, bahkan digambarkan 1000 anak hanya 1 yang memiliki jiwa literasi. Tapi jika dilihat perkembangan teknologi saat ini, anak-anak dibawah umur banyak sudah mengenal gadget dan smartphone.
Jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia bahkan bisa dikatakan
5 besar didunia menurut kominfo. Bisa jadi hampir semua orang mempunyai
smarphone. Dengan demikian apakah penyebab rendahnya literasi di Indonesia,
karena jika kita bicara masalah literasi
hanya soal baca tulis, hampir semua anak di Indonesia sudah membaca dan menulis
status mereka setiap hari di media sosial.
Literasi bukan hanya soal baca tulis,
National Institute
for Literacy, mendefinisikan Literasi sebagai “kemampuan individu untuk
membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat
keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat.” Definisi
ini memaknai Literasi dari perspektif yang lebih kontekstual. Dari definisi ini
terkandung makna bahwa definisi Literasi tergantung pada keterampilan yang
dibutuhkan dalam lingkungan tertentu.
Education Development
Center (EDC) menyatakan bahwa Literasi lebih dari sekedar kemampuan
baca tulis. Namun lebih dari itu, Literasi adalah kemampuan individu untuk
menggunakan segenap potensi dan skill yang dimiliki dalam hidupnya. Dengan
pemahaman bahwa literasi mencakup kemampuan membaca kata dan membaca dunia.
Menurut UNESCO,
pemahaman orang tentang makna literasi sangat dipengaruhi oleh penelitian
akademik, institusi, konteks nasional, nilai-nilai budaya, dan juga pengalaman.
Pemahaman yang paling umum dari literasi adalah seperangkat keterampilan nyata
– khususnya keterampilan kognitif membaca dan menulis – yang terlepas dari
konteks di mana keterampilan itu diperoleh dan dari siapa memperolehnya.
Dengan pengertian literasi di atas tentunya kita megetahui literasi
memiliki pengertian yang mencakup kemampuan berfikir menggunakan sumber-sumber
pengetahuan dalam bentuk cetak, digital, visual, ataupun auditorial.
Sehingga dengan potensi pengguna media elektronik terbesar
di dunia, kenapa masih rendahnya literasi di Indonesia? Kebanyakan dari anak-anak
jaman sekarang menggunakannya hanya sebatas untuk main game dan media sosial,
memang literasi bisa berupa literasi informasi, literasi media dan sebagainya,
namun jika kita melihat yang sedang tranding dibicarakan di media sosial hanya
hoax dan informasi sampah.
Bicara masalah kemampuan untuk memilah dan menganalisa
informasi, itulah penyebab rendahnya literasi di indonesia. Gerbang dari semua
pemahaman itu, tetaplah membaca dan membaca. Jika anda seorang muslim tentu
mengenal tentang ilmu qauliyah dan kouniyah.
Sehingga bukan hanya anak yang dihakimi memiliki nilai
rendah dalam literasi, men-judge
mereka dengan statement generasi
rendah membaca, namun tanpa berfikir,
sudahkan kita
memfasilitasi mereka untuk membaca?
Sudahkan kita
mengenalkan literasi kepada mereka sejak dini sebagai basic literacy di kehidupannya kedepan?
Lalu salah siapa rendahnya literasi di indonesia di generasi
sosmed saat ini.
1. Perpustakaan
Perpustakaan merupakan gudang dari segala disiplin ilmu,
orang tanpa sekolah hanya dengan membaca seluruh buku diperpustakaan dengan
koleksi mutakhir pemikirannya tak kalah dengan sarjana, walaupun tingkat
analisis yang berbeda.
Sudahkah fasilitas perpustakaan di Indonesia memadai? Jika kita
tengok lagi di beberapa daerah koleksi buku diperpustakaan jarang sekali di
up-date, sehingga koleksi-koleksi lama yang seringkali tampak. Kualitas buku
pun bisa dipertanyakan.
Dengan kemajuan teknologi mengenal e-library tentu sebuah trobosan di era digital saat ini. Perpustakaan
serasa dalam genggaman, namun akses dan penggunaannya pun masih bisa dikatakan
ribet.
Namun dari semua fasilitas tersebut, kenapa juga banyak yang
kurang memperhatikan, kebanyakan perpustakaan
hanya untuk pelajar dan mahasiswa itupun hanya untuk mengerjakan tugas,
apalagi mereka yang tak punya predikat sebagai pelajar.
2. Pengguna smartphone
Sangat disayangkan meski memiliki predikat pengguna
smatrphone terbesar, Indonesia masih memiliki kendala dalam bidang melek
teknologi informasi dan edukasi. Peran orang tua sebagai fasilitator anaknya
malah terkadang lebih pintar anaknya dalam menggunakan smartphone.
Hingga tak jarang banyak anak sekarang salah menggunakan
smartphone mereka untuk hal-hal yang justru dalam jangka panjang menyebabkan
tumpul berfikir dan tidak bisa mengolah informasi yang benar.
3. Peran sekolah
Sekolah sebagai rumah kedua bagi anak, memegang peranan
penting dalam mengajarkan literasi sejak bangku sekolah. Namun kenyataannya,
banyak dari siswa hanya mendapatkan ilmu berbasis teorikal saja, meskipun dalam
K-13 sudah di gadang-gadang pembelajaran berbasis konseptual, kenyataannya dilapangan
banyak guru hanya menyampaikan apa yang ditulis dibuku, tanpa pembelajaran
kehidupan yang justru berguna di masa depannya.
Pernah saya mengikuti seminar kepenulisan di salah satu
kampus di Malang mereka mengatakan, sampaikapanpun jika para guru tidak
memiliki tulisan, entah itu dalam bentuk buku, jurnal dan penelitian, tiada
mungkin literasi di indonesia akan meningkat.
Karena dengan menulis, seseorang memaksa dirinya untuk
membaca, dengan menulis pemahaman-pemahaman baru muncul di benak dan pikiran
mereka, dengan menulis pula guru bisa mengasah kemampuan berfikir mereka.
4. Pemerintah
Pemerintah sebagai poros terdepan dalam pembangunan di
Indonesia, entah itu bangunan fisik dan non-fisik (Kualitas SDM). Mereka lah
yang membuat peraturan-peraturan yang bisa mempengaruhi pola pikir masyarakat di
negaranya tersebut.
Dengan sulitnya peraturan mengenai UU penulis dan penerbit
mengakibatkan harga sebuah buku bisa mencapai ratusan ribu rupiah. Apa kah ilmu
hanya untuk orang-orang ber-duit, selain itu juga banyak penulis yang
mengeluhkan ribetnya mengenai pajak penulis.
Misalkan Tere Liye bahkan rela memutus kontrak dengan dua
penerbit TOP di Indonesia yaitu republika dan gramedia. Karena msalah pajak
yang tidak fair menurut bang Tere. Apa
yang dikatakan tere liye dalam sebuah statusnya di fans page FB nya. Dia rela
membagikan tulisan novelnya secara gratis di akun resminya tersebut. Tere liye
menanyakan tentang masa depan literasi di Indonesia.
___________________
Lalu sekarang kita pikir, salah siapa redahnya literasi di
Indonesia?
Salah saya, ngapain ngajak kamu mikir ^_^
Referensi.
Kompasiana - Indonesia Darurat Literasi
Dkampus.com – Pengertian Literasi Menurut para Ahli
Bagikan
Salah Siapa Rendahnya Literasi di Indonesia? - Generasi Update Status
4/
5
Oleh
Unknown
2 komentar
Tulis komentarDunia sudah berubah, banyak sekali perubahan di sana sini
Replyrendahnya literasi itu bukan salah siapa-siapa karena perkembangan teknologi khususnya smartphone dan media sosial yang menyebabkan itu terjadi
Reply