Senin, 23 Oktober 2017

Bangkitkan Kembali Peran Mahasiswa Sebagai Agent of Change


Tinta Literasi: Agent of Change? Mahasiswa tolonglah lihatlah kebawah

Sebagimana mahasiswa harus bisa memenuhi kriteria tridarma perguruan tinggi, penelitian dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian masyarakat. Mahasiswa digadang gadang sebagai agen perubahan (agent of change) yang mana peran serta mereka diharapkan dapat membawa perubahan bagi msayarakat dan Negara.

Lalu peran apakah yang akan diambil mahasiswa dengan label agent of change tersebut? Kita tahu sendiri mahasiswa banyak terkotak-kotak menjadi beberapa jenis dengan maksud tujuan kuliah berbeda-beda. Dalam postingan saya dengan judul: jenis-jenis mahasiswa yang patut kalian ketahui disitu jelas sekali banyak kepentingan-kepentingan yang mereka bawa demi melangkah mendapatkan gelar sarjana. Banyak dari mereka menyadari peran sebagai agent of change, tak sedikit pula yang hanya kupu kupu alias kuliah pulang 2x. atau “apatis” sebagian mahasiswa organisasi menyebutnya.

Tak sedikit dari mahasiswa ketika dalam forum-forum diskusi atau dalam status medsos mereka mengatakan “kalian itu jangan apatis, ambil peran kalian sebagai mahasiswa” saya sangat setuju dengan perkataan tersebut, namun apakah peran tersebut sudah benar?, apakah mereka mengikuti organisasi tertentu murni sebagai pengabdian kepada masyarakat, menyalurkan dan membela aspirasi rakyat kecil atau hanya demi kepentingan politik.

Perkataan yang menarik dari salah satu forum literasi di malang, rumah literasi sahabat akil. Dalam salah satu acara pesta buku di taman krida jalan soekarno hatta, bapak wili atau mas wili sapaan akrabnya, perkataannya diplintir dengan menyindir mahasiswa “jarene mahasiswa sebagai agent of change tapi ndi buktine” dengan perkataan tegas dan jelas.

Beliau juga mengatakan mahasiswa tolong jangan hanya melihat lantai 27 gedung Jakarta, memang dari sebagian kita bisa menelaah permasalahan-permasalahan di media atau permasalahan politik praktis. Tapi berita atau gagasan tersebut apakah berdampak signifikan terhadap kemajuan masyarakat pedalaman?, mereka ndak butuh berita yang terjadi di lantai 27. Masyarakat butuh edukasi, informasi dan literasi, bukan berita sampah yang kalian perdebatkan di media sosial, MASYARAKAT TIDAK BUTUH.

Cobalah sejenak melihat kebawah, jangan Cuma memperdebatkan permasalahan-permasalahan politik atau permasalahan di lantai 27 gedung Jakarta itu. Sebagai contohnya membuat taman baca didaerah tertentu, mengajar di daerah pedalaman, atau mengelola kegiatan bermanfaat lainnya. Mahasiswa diwajibkan terjun di masyarakat “hanya” pada saat KKN. Nah pertanyaannya setelah KKN apakah berjalan dengan baik?, okelah saat KKN kalian membuka perpustakaan dengan koleksi buku bekas sumbangan-sumbangan yang kalian kumpulkan, pertanyaannya apakah kalian bisa menjamin kelanjutan perpustakaan di desa tersebut setelah kalian tidak KKN lagi?

Pernyataan yang sangat tegas juga sempat saya baca di blog kompasiana kalau tidak salah dengan judul “mahasiswa jangan Cuma bisa demo” ini juga sangat menggelitik, pokok persoalan dipecahkan dengan turun ke jalan memang sebuah keniscayaan yang harus dilakukan oleh sebagian mahasiswa, seakan permasalahan hanya di selesesaikan dengan demo, ya memang baik-baik saja dengan demo jika itu memang harus dilakukan, bahkan saya dukung. Tapi poin pentingnya apa selanjutnya? Misalkan tuntutan kalian dipenuhi, apa kegiatan selanjutnya. Mencari kesalahan pemerintah lalu demo lagi?

Pernyataan dari salah satu aktivis 98 di portal berita satu juga mengatakan demikian, beliau sangat mengapresiasi kegiatan demo bahkan dengan tuntutan masuk akal demo memanglah sangat diharuskan, tapi langkah selanjutnya apa, apakah mau demo terus yang dilakukan mahasiswa, beliau juga mengusulkan untuk kegiatan sosial sebagai kelanjutan dari demo menurunkan presiden soeharto, rezim sudah di ganti langkah selanjutnya apakah tidak bisa dilanjutkan dengan kegiatan sosial?, namun perkataan tersebut mendapatkan respon yang sangat minim dari peserta diskusi.

Permasalahan tersebut juga tidak lepas dengan peningkatan penggunaan media sosial saat ini, perkataan salah satu tokoh politik saja sudah bikin “riuh” media sosial yang dianggap sebagai blunder dan diperdebatkan dalam forum-forum diskusi medsos mereka, tak jarang pula saling debat dan bully dengan hastag menjadikan meriahnya panggung sandiwara tersebut. Dan jelas lagi-lagi selalu masalah politik lantai 27 gedung Jakarta yang menjadi perbincangan mereka.

Lalu muncul pertanyaan, gerakan apakah yang dimaksud untuk perubahan lebih di butuhkan masyarakat? banyak contohnya, misalkan seperti salah satu penggiat gerakan literasi di malang, gerakan tersebut meng-observasi apa-apa yang dibutuhkan masyarakat dengan sentuhan-sentuhan nyata, seperti pendidikan. dalam ranah yang lain seperti rumah zakat (RZ) gerakan tersebut juga sangat membantu dalam kegiatan nyata. banyak lagi contoh yang lain, dan mungkin gerakan kamu nanti salah satunya.

_________________________
Mahasiswa!! sudah saatnya kalian memikirkan dalam ranah yang berbeda, lebih di butuhkan masyarakat. Diam untuk berfikir, bergerak demi perubahan.


#hidupMahasiswa

Bagikan

Jangan lewatkan

Bangkitkan Kembali Peran Mahasiswa Sebagai Agent of Change
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.