*Cerpen dewasa - Aku dan Si Otong (Bagian 2)
**dianjurkan membaca part 1 dulu
Saat itu aku masih duduk di bangkus MTs kelas 2, berasal
dari keluarga biasa, bahkan bisa dikatakan tidak mampu, untuk menuju sekolah
pun harus bejalan kaki setidaknya 2 KM dari rumah. Kebiasaan tersebut aku
jalani bertahun-tahun, ya memang bagaimana lagi tidak ada kendaraan saat itu.
Aku mengenal otong saat berlatih bela diri di sebuah
padepokan desa lemah, pertama kali melihat dia hanyalah seorang anak kecil
pada umumnya, tidak ada yang special darinya. Namun tidak kusangka, kata
pelatihku si otong merupakan anak berbakat, banyak amalan-amalan dia lakukan,
bahkan menurut rumor yang beredar, pencak silat ini bisa menjadikan orang
terbang. Apakah si otong juga bisa melakukannya? Aku bertanya sendiri dalam
hati.
“lu anak baru ya” otong menyapa ku duluan
“iya, memang kenapa?” aku bertanya balik, melihat apa
responnya.
“owh, mau nantang ya, oke” tanpa basa-basi otong langsung
saja menantangku
“oke siapa takut melawan anak kecil” tawa ku dalam hati,
otong memanglah bertubuh mungil, aku masih penasaran dengan pelatihku, apakah
dia bisa mengalahkanku yang secara fisik berbadan tinggi walaupun tubuhku juga
kurus.
Pertarungan hanya berjalan satu menit, dia dengan mudah menghindar
pukulan dan tendangan lalu mengunci tanganku kebelakang “telak” aku tidak
berkutik.
Sejak saat itu aku ingin berteman dekat dengan otong.
Tidak kusangka, perkenalan dengan otong menjadikan hal
menyebalkan dalam hidup ku.
“bagaimana pun, ini hasil kita bersama harus di bagi rata
oke” otong membagikan hasil pendapatan hari ini.
“oke lah, selama kita bekerja sama, pasti akan mendapatkan
hasil yang pantas di bagi rata” aku menjawab seperti itu karena dua hari lalu
kita tidak mendapatkan apa-apa.
“rumah itu memang tidak memiliki apa-apa, pantaslah kita
tidak mendapatkan apapun” jawab otong.
“emang kamunya aja yang ndak mau membuka kunci brangkas di
almari menggunakan “ilmu” itu”
“mau bagaimana lagi, waktu kita terbatas, aku memutuskan
kabur sajalah, hahaha” otong menjawab santai.
“mulai besok, gunakan ilmu yang kamu pelajari itu, atau kita
pensiun saja” aku memojokkan otong
“baiklah kawan, aku usahakan” otong mengambil rokok kedua
kalinya. Kali ini kita menghabiskan malam dibawah bulan purnama, gedung tak
berpenghuni.
Sejak malam itu, kehidupan kami berubah. Semua barang bisa
dengan mudah dibeli, bahkan berangkat sekolah aku membawa motor sendiri.
“motor siapa itu, kok kamu bawa terus” Tanya ibu.
“motor nya teman bu, maklum lah dia orang kaya, lagi pula
setiap berangkat dan pulang aku mengantarkannya” aku menjawab asal saja.
***
Malam ini hari ke 27 aku melancarkan aksi pekerjaan ku
bersama otong, karena dengan ilmu membuka kunci dengan “amalan” yang otong
terapkan, setiap malam pekerjaan kami selalu saja mulus. Malam ini kami mencoba
menaikkan “level” pekerjaan, bukan lagi rumah guru, rumah juragan beras,
tapi seorang kepala polisi di kecamatan ku.
“wah lumayan nih dapat banyak” otong selalu santai
menanggapi pekerjaan ini.
“jangan lengah kita berada di kandang singa” aku
mengingatkan otong
“kamu jaga di sana, ini pekerjaan ku kawan, santai saja kita
bagi rata” jawab otong. Aku hanya bisa diam, lalu kembali dalam posisi sebagai pengawas, takut-takut “singa” akan bangun.
“eh, ada minuman dingin” otong kini berjalan di dapur.
“apa yang kamu lakukan” aku cemas-cemas mendekati otong.
“minum!, aku haus” santai sekali anak ini.
“santai kawan, ini pukul satu dini hari, pemilik rumah juga
pada tidur” kali ini perkataan otong membuat sedikir lebih tenang. Walaupun
aku sudah terbiasa dengan pekerjaan kami dan tingkah otong, hanya saja “level”
ini yang membuatku sedikit tegang.
“mau ku ambilkan?, kamu mau susu jahe” otong mengambilkan
sesuatu. Kali ini terbawa sikap santai otong.
Thing, thing, thing !!. aku mengaduk-aduk susu jahe dengan
tambahan gula.
“SIAPA ITU !!”
“c*k, mlayu c*k”
aku reflek belarikan diri menarik lengan otong.
MALING, MALING, MALING ….
bersambung ................ #-_-
Bagikan
Cerpen - Aku dan Si Otong Part 2
4/
5
Oleh
Unknown