*Cerpen dewasa : aku dan si otong (bagian 3 - tamat)
**Dianjurkan untuk membaca part 1 dan 2 terlebih dahulu
kami terus berlari menuju pintu belakang, sebagai tempat membuka paksa pintu masuk sejak tadi. Otong tak kalah kaget, kakinya bahkan
terbentur kursi jati, tidak bisa ditawar kami harus tetap melarikan diri apapun
resikonya.
Akhirnya, kami selamat melarikan diri hingga sejauh 100 meter
dari rumah singa tersebut, firasatku mulai tidak nyaman, otong sejak tadi masih
saja tegang, berbeda dengan sikap santai yang selama ini selalu menjadi ciri
khasnya.
“ada apa ??” aku bertanya pada otong, dengan napas masih
tersisa.
“tas,, tas ku ketinggalan” otong menjawab dingin.
“b***ngan. Mati c*k” aku memaki-maki.
Bukan karena uang kami
ketinggalan, namun lebih tepatnya buku amalan otong semua ada di tas tersebut terlebih
lagi bisa dijadikan barang bukti.
“sekarang kita kabur dulu, suasananya sedang tidak
nyaman”
otong menyuruhku mengambil sepeda motor untuk kabur.
PLAK.. PLAKK…
Kepala ku terbentur benda tumpul.
DASAR MALING !!
Ternyata banyak sekali warga yang sudah mengepung kami,
otong yang menungguku mengambil sepeda motor terkena bacokan warga, aku tidak
menyadari saat itu, ternyata sudah ditunggu untuk di jadikan bulan-bulanan
warga, pukulan bertubi pun mendarat di tubuh kami.
DASAR MALING, MALING SIALAN, ANAK HARAM
Beberapa kali kami disumpahi dengan kata-kata kasar
dibumbuhi pukulan dan tendangan, tidak bisa menghindar, tubuh kami seperti
menyerah dengan keadaan.
“DOR! DOR! BERHENTI, tenang, dia masih bocah, tidak
sepantasnya kita hajar” suara yang amat aku kenali.
Ternyata kepala polisi yang menenangkan masa dengan tembakan
pistol.
“heh bocah, mau jadi apa kamu?” kami hanya diam tidak bisa
menjawab
“ini tas yang bagus, aku sudah menunggu hari ini. Banyak
sekali warga mengeluhkan banyaknya pencurian di rumah mereka. Tak kusangka,
kamu menyerahkan diri padaku” sambil menatap tajam, aku hanya bisa menunduk
“ternyata hanya dua bocah ingusan, ayo kita bawa ke kantor
polisi” sambil membalikkan badan kepala polisi tersebut memerintahkan warga.
jangan pak, ampun pak… aku hanya bisa memohon. Otong bahkan
hanya menangis diseret paksa menuju kantor polisi.
***
Ya, setidaknya aku pernah terkenal. Bahkan masuk dalam Koran
dan televisi nasional, dengan headline besar “PENCURI KELAS KAKAP”. Aku tertawa
dalam hati, ternyata menjadi terkenal itu mudah saja.
“Ayo kita kembali, asrama akan segera ditutup” otong mengajakku
kami menyebut “sel tahanan” dengan asrama karena itulah sebenarnya, kita tidak selamanya hidup dalam sel, kami juga bekerja dan sekolah.
kami menyebut “sel tahanan” dengan asrama karena itulah sebenarnya, kita tidak selamanya hidup dalam sel, kami juga bekerja dan sekolah.
otong telah selesai menyantap makanan yang ia pesan. Aku
hanya diam tidak menjawab ajakan otong, rokok ku masih separuh walaupun minuman
ku tinggal gelas kosong dan bongkahan es kecil.
*TAMAT*
Bagikan
Cerpen - Aku dan Si Otong part 3
4/
5
Oleh
Unknown