Senin, 30 Oktober 2017

Cerpen - Aku dan Si Otong part 3


*Cerpen dewasa : aku dan si otong (bagian 3 - tamat)
**Dianjurkan untuk membaca part 1 dan 2 terlebih dahulu

kami terus berlari menuju pintu belakang, sebagai tempat membuka paksa pintu masuk sejak tadi. Otong tak kalah kaget, kakinya bahkan terbentur kursi jati, tidak bisa ditawar kami harus tetap melarikan diri apapun resikonya.

Akhirnya, kami selamat melarikan diri hingga sejauh 100 meter dari rumah singa tersebut, firasatku mulai tidak nyaman, otong sejak tadi masih saja tegang, berbeda dengan sikap santai yang selama ini selalu menjadi ciri khasnya.

“ada apa ??” aku bertanya pada otong, dengan napas masih tersisa.
“tas,, tas ku ketinggalan” otong menjawab dingin.
“b***ngan. Mati c*k” aku memaki-maki. 

Bukan karena uang kami ketinggalan, namun lebih tepatnya buku amalan otong semua ada di tas tersebut terlebih lagi bisa dijadikan barang bukti.

“sekarang kita kabur dulu, suasananya sedang tidak nyaman” 

otong menyuruhku mengambil sepeda motor untuk kabur.

PLAK.. PLAKK…
Kepala ku terbentur benda tumpul.
DASAR MALING !!

Ternyata banyak sekali warga yang sudah mengepung kami, otong yang menungguku mengambil sepeda motor terkena bacokan warga, aku tidak menyadari saat itu, ternyata sudah ditunggu untuk di jadikan bulan-bulanan warga, pukulan bertubi pun mendarat di tubuh kami.

DASAR MALING, MALING SIALAN, ANAK HARAM

Beberapa kali kami disumpahi dengan kata-kata kasar dibumbuhi pukulan dan tendangan, tidak bisa menghindar, tubuh kami seperti menyerah dengan keadaan.

“DOR! DOR! BERHENTI, tenang, dia masih bocah, tidak sepantasnya kita hajar” suara yang amat aku kenali.

Ternyata kepala polisi yang menenangkan masa dengan tembakan pistol.

“heh bocah, mau jadi apa kamu?” kami hanya diam tidak bisa menjawab
“ini tas yang bagus, aku sudah menunggu hari ini. Banyak sekali warga mengeluhkan banyaknya pencurian di rumah mereka. Tak kusangka, kamu menyerahkan diri padaku” sambil menatap tajam, aku hanya bisa menunduk

“ternyata hanya dua bocah ingusan, ayo kita bawa ke kantor polisi” sambil membalikkan badan kepala polisi tersebut memerintahkan warga.

jangan pak, ampun pak… aku hanya bisa memohon. Otong bahkan hanya menangis diseret paksa menuju kantor polisi.

***

Ya, setidaknya aku pernah terkenal. Bahkan masuk dalam Koran dan televisi nasional, dengan headline besar “PENCURI KELAS KAKAP”. Aku tertawa dalam hati, ternyata menjadi terkenal itu mudah saja.

“Ayo kita kembali, asrama akan segera ditutup” otong mengajakku

kami menyebut “sel tahanan” dengan asrama karena itulah sebenarnya, kita tidak selamanya hidup dalam sel, kami juga bekerja dan sekolah.


otong telah selesai menyantap makanan yang ia pesan. Aku hanya diam tidak menjawab ajakan otong, rokok ku masih separuh walaupun minuman ku tinggal gelas kosong dan bongkahan es kecil.

*TAMAT*

Bagikan

Jangan lewatkan

Cerpen - Aku dan Si Otong part 3
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.