Kamis, 19 Oktober 2017

Memanggil Kembali Fitrah Manusia, Menyibak Nurani yang Berkabut


Semua manusia diciptakan dalam keadaan bersih,

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", ------ QS. Al-A’raf : 172


Fitrah Manusia
Fitrah adalah kondisi awal atau asal mula (blueprint) penciptaan manusia. Ini merupakan kondisi ideal karena manusia telah mengenal Tuhannya (sejak sebelum dilahirkan).  Fitrah manusia selalu rindu pada kebaikan, kebenaran, dan keindahan yang sempurna yang hanya bisa dia dapatkan dengan kembali kepada Penciptanya.

Eksistensi Fitrah
§  Tidak mengalami perubahan dengan berubahnya waktu dan tempat
§  Bisa diperoleh tanpa memerlukan proses belajar-mengajar
§  Dimiliki oleh setiap manusia, walaupun pengaruhnya terhadap diri setiap individu berbeda-beda
§  Tidak akan pernah sirna dari diri mereka, karena ia merupakan bagian primer dari penciptaan manusia, dan merupakan esensi dasar bagi penciptaannya.

Namun demikian jika semua manusia terlahir dengan bersih, kenapa kebanyakan dari mereka lalai dengan keadaan mereka yang sebenarnya. Lupa diri terhadap siapa dan dari mana dia berasal. Maka diperlukan gerakan untuk kembali mengenal siapa kita sebenarnya dengan kembali fitrah.

Hidup sesuai dengan tujuan penciptaannya
Manusia diciptakan untuk beribadah, dengan mengenal kembali apa tujuan kita di dunia ini, sedikir banyak membantu merenungkan kembali apa yang sebenarnya kita cari di dunia ini.

Memenuhi kebutuhan hidup yang sesungguhnya secara seimbang
Setelah merenungkan ulang apa sebenarnya tujuan kita, dalam memenuhi kebutuhan hidup di dunia ini tidak serta merta menjadi prioritas utama, namun sewajarnya saja. Hidup secara seimbang, memiliki barang sesuai kebutuhan saja tanpa perlu berlebihan.

STRUKTUR JIWA MANUSIA (nalar, nafsu dan nurani)

1.       Nalar
Daya Nalar Manusia
Dengan segala kemampuan yang dimiliki dan keterbatasan yang ada pada dirinya sesungguhnya manusia yang normal pada hakikatnya bisa
mengetahui, mengenal, memilih, memilah, membedakan, menilai dan menentukan
mana yang benar dan salah,
yang sehat dan yang sakit,
yang sejati dan yang palsu,
yang bagus dan yang jelek,
yang berguna dan yang berbahaya,
yang membawa kebaikan dan yang menimbulkan kerusakan.

Namun dengan seiringnya berjalan waktu manusia banyak melakukan perubahan, cara kerja nalar/pikiran dengan Apa yang dilihat dan direnungi berulang-ulang dan akumulasi pengalaman di masa lalu akan membentuk cara pandang (paradigma berpikir) tertentu.

Maka dari itu, menjaga mata dan telinga seharusnya bisa ditekankan agar kita bisa membentuk pola pikir yang lebih jernih.

Cara pandang akan mempengaruhi Pola pikir dan pola pikir akan mempengaruhi paradigma

Ada dua orang yang bekerja sebagai seles sepatu di sebuah perusahaan ternama, dari kedua orang tersebut tidak memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Di suatu ketika, perusahaan mengirim mereka untuk berjualan sepatu di AFRIKA. Dari sinilah terlihat jelas hanya karena cara pandang bisa menentukan pola pikir dan paradigma kita kedepannya.

Sebut saja si A dan si B. dengan bermental pesimis si A datang di pedalaman afrika, dia memandangi masyarakat sekitar, tidak ada satupun dari mereka yang memakai sepatu, bagaimana dia akan menjual sepatu kepada mereka, dalam pandangan si A mereka tidak membutuhkan sepatu, masyarakat tidak memerlukan benda tersebut lalu akan sia-sia lah dia menawarkan produknya.

Beda cerita dengan si B, dia datang dengan wajah lebih optimis, meilihat warga sekitar tanpa satupun yang memakai sepatu, dia tersenyum lebar, benar-benar segmentasi pasar sangat ideal untuk menjadikan produknya sebagai market leader di daerah tersebut. Walaupun sulit meyakinkan mereka, namun itulah cara pandang, masa depan bisa dieubah hanya dengan cara pandang kita lebih jernih menyikapi permasalahan.

______________________________________
Mengendalikan Pikiran
Pikiran adalah pembantu yang baik tetapi penguasa yang buruk.
Seperti tukang yang memiliki berbagai alat bantu, palu hanyalah salah satu alat. Fungsinya untuk memukul paku dan sejumlah tugas lain yang terbatas. Demikian juga pikiran. Letakkan pikiran sebatas sebagai alat bantu bagi manusia.
______________________________________

Nalar manusia terletak diantara nafsu dan nurani, Jika NAFSU berkuasa dalam diri manusia, NALAR akan mencari DALIH untuk merekayasa kebenaran  Jika NURANI berkuasa dalam diri manusia, NALAR akan mencari DALIL untuk membuktikan kebenaran

ANTARA ENGKAU DAN TUHANMU
Bila engkau JUJUR,
mungkin orang lain akan MENIPUMU
…biarpun  begitu TETAPLAH BERBUAT JUJUR.
Bila engkau BEKERJA KERAS,
mungkin engkau tidak juga KAYA
… biarpun begitu TETAPLAH BEKERJA KERAS.
Bila engkau MEMBANGUN,
mungkin orang lain akan MENGHANCURKANNYA
...biarpun begitu TETAPLAH MEMBANGUN
Bila engkau melakukan KEBAIKAN,
mungkin orang membalasnya dengan KEBURUKAN
…biarpun begitu TETAPLAH BERBUAT BAIK.
Sebab pada akhirnya,
SEMUA HANYA  antara ENGKAU dan TUHANMU.

2.       Nafsu
Nafsu diartikan sebagai selera, gairah, keinginan, dorongan hati yang kuat terhadap sesuatu.
       Nafsu mendorong manusia melakukan sesuatu untuk keberlangsungan kehidupan.
       Semua itu tidak tercela, jika diupayakan tanpa melanggar syariat atau membuat manusia lupa kepada Allah

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”  --- QS Ali Imron : 14

DAYA NAFSU
Nafsu mempunyai daya untuk memerintah dan melarang. Mengikuti hawa nafsu berarti memenuhi semua permintaan nafsu dan mengerjakan semua yang diinginkannya.
Jika nafsu
yang berkuasa, ia akan merusak kehidupan manusia.

Tingkatan Pengaruh Nafsu bagi Manusia
  1. Manusia yang dikuasai nafsu
  2. Manusia yang kadang menang kadang kalah melawan nafsu
  3. Manusia yang mampu menguasai hawa nafsunya

Mengendalikan Nafsu
Nafsu itu seperti arus air, kita tidak bisa membendungnya tetapi kita bisa membelokkan arahnya ke jalur yang benar. Nafsu seksual
disalurkan melalui pernikahan, nafsu perut dipenuhi dengan mencari rizki yang halal.

Nafsu itu seperti kuda tunggangan. Apabila kita mampu mengendalikan, ia akan membantu kita mengantarkan ke tujuan. Bila kita tidak mampu mengendalikan maka kita akan terseret tak tentu arah dan tujuan.

3.       Nurani
       Nurani disebut juga suara hati, kata hati, atau gerak hati.
       Dalam Al-Qur'an, nurani disebut bashirah, yang mengandung arti pandangan mata batin sebagai lawan dari pandangan mata kepala.

“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.”  ---- QS Al-Hajj : 46

Cara kerja nurani
Manusia sebelum bertindak atau melakukan sesuatu, ia sudah mempunyai kesadaran atau pengetahuan umum bahwa ada yang baik dan ada yang buruk.  

Menjelang suatu tindakan nurani akan mengatakan perbuatan itu baik atau buruk. Jika perbuatan itu baik, nurani muncul sebagai suara yang menyuruh. Jika perbuatan itu buruk, nurani akan muncul sebagai suara yang melarang.

Saat tindakan dijalankan, nurani masih tetap bekerja, yakni menyuruh atau melarang.

Nurani yang jernih => Imam Ghazali memisalkan hati nurani dengan kaca cermin. Bagi orang yang bersih dari dosa, maka nuraninya bagaikan cermin yang bening, sekecil apapun noda di wajah, segera akan nampak di cerminnya.

Nurani yang berkabut => Orang yang suka melakukan dosa kecil, maka nuraninya bagaikan cermin yang terkena debu. Ia bisa menggambarkan wajah, tetapi noda-noda kecil tidak nampak. Sedangkan orang yang biasa melakukan dosa besar, maka nuraninya gelap, seperti cermin yang tersiram cat hitam

Menyibak nurani yang berkabut
Secara umum jawabannya adalah menjauhi perbuatan dosa, baik dosa kepada Tuhan maupun dosa kepada manusia, karena perbuatan dosa merupakan daki yang mengotori cermin hati.

Berakrab-akrab dengan problem kemanusiaan juga bisa menajamkan nurani. Orang yang selalu  bergelut langsung membantu kesulitan orang kecil, rakyat kebanyakan, maka nuraninya akan semakin bercahaya. Hatinya menjadi lembut, rasa syukurnya meningkat.
________________________________________

Memanggil Kembali Fitrah Manusia
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” ------ QS Rum : 30

Jiwa manusia tidak pernah diam mencari sesuatu yang belum dicapai dan didapatkan. Dan tidak ada kekuatan yang dapat membendungnya untuk mendapatkan kebutuhan itu sebelum sampai kepada Tuhan, pemilik segala kesempurnaan.

Hanya ketika hati sudah sampai kepada Tuhan yang diibadahi, mengetahui-Nya, menuju kepada-Nya, dan berhadapan dengan-Nya manusia akan menemukan ketenangan dan ketentraman


Bagikan

Jangan lewatkan

Memanggil Kembali Fitrah Manusia, Menyibak Nurani yang Berkabut
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.