Semua manusia diciptakan dalam keadaan bersih,
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan
keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?"
Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi".
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan Tuhan)", ------ QS. Al-A’raf : 172
Fitrah Manusia
Fitrah adalah kondisi awal atau asal mula (blueprint)
penciptaan manusia. Ini merupakan kondisi ideal karena manusia telah mengenal
Tuhannya (sejak sebelum dilahirkan).
Fitrah manusia selalu rindu pada kebaikan,
kebenaran, dan keindahan yang sempurna yang hanya bisa dia dapatkan dengan
kembali kepada Penciptanya.
Eksistensi Fitrah
§
Tidak
mengalami perubahan dengan berubahnya waktu dan tempat
§
Bisa
diperoleh tanpa memerlukan proses belajar-mengajar
§
Dimiliki
oleh setiap manusia, walaupun pengaruhnya terhadap diri setiap individu
berbeda-beda
§
Tidak
akan pernah sirna dari diri mereka, karena ia merupakan bagian primer dari
penciptaan manusia, dan merupakan esensi dasar bagi penciptaannya.
Namun demikian jika semua manusia terlahir dengan bersih,
kenapa kebanyakan dari mereka lalai dengan keadaan mereka yang sebenarnya. Lupa
diri terhadap siapa dan dari mana dia berasal. Maka diperlukan gerakan untuk
kembali mengenal siapa kita sebenarnya dengan kembali fitrah.
Hidup sesuai dengan tujuan penciptaannya
Manusia diciptakan untuk beribadah, dengan mengenal kembali
apa tujuan kita di dunia ini, sedikir banyak membantu merenungkan kembali apa
yang sebenarnya kita cari di dunia ini.
Memenuhi kebutuhan hidup yang sesungguhnya secara
seimbang
Setelah merenungkan ulang apa sebenarnya tujuan kita, dalam
memenuhi kebutuhan hidup di dunia ini tidak serta merta menjadi prioritas
utama, namun sewajarnya saja. Hidup secara seimbang, memiliki barang sesuai
kebutuhan saja tanpa perlu berlebihan.
STRUKTUR JIWA MANUSIA
(nalar, nafsu dan nurani)
1.
Nalar
Daya Nalar
Manusia
Dengan segala kemampuan yang dimiliki dan keterbatasan yang ada pada
dirinya sesungguhnya manusia
yang normal pada hakikatnya bisa
mengetahui, mengenal, memilih, memilah,
membedakan, menilai dan menentukan
mana yang benar dan salah,
yang sehat dan yang sakit,
yang sejati dan yang palsu,
yang bagus dan yang jelek,
yang berguna dan yang berbahaya,
yang membawa kebaikan dan yang menimbulkan kerusakan.
Namun dengan seiringnya berjalan waktu manusia banyak melakukan
perubahan, cara kerja nalar/pikiran dengan Apa yang dilihat dan direnungi
berulang-ulang dan akumulasi pengalaman di masa lalu akan membentuk cara
pandang (paradigma berpikir) tertentu.
Maka dari itu, menjaga mata dan telinga seharusnya bisa
ditekankan agar kita bisa membentuk pola pikir yang lebih jernih.
Cara pandang akan
mempengaruhi Pola pikir dan pola pikir
akan mempengaruhi paradigma
Ada dua orang yang bekerja sebagai seles sepatu di sebuah
perusahaan ternama, dari kedua orang tersebut tidak memiliki perbedaan yang
cukup signifikan. Di suatu ketika, perusahaan mengirim mereka untuk berjualan
sepatu di AFRIKA. Dari sinilah terlihat jelas hanya karena cara pandang bisa menentukan pola pikir dan paradigma kita
kedepannya.
Sebut saja si A dan si B. dengan bermental pesimis si A
datang di pedalaman afrika, dia memandangi masyarakat sekitar, tidak ada
satupun dari mereka yang memakai sepatu, bagaimana dia akan menjual sepatu
kepada mereka, dalam pandangan si A mereka tidak membutuhkan sepatu, masyarakat
tidak memerlukan benda tersebut lalu akan sia-sia lah dia menawarkan produknya.
Beda cerita dengan si B, dia datang dengan wajah lebih optimis,
meilihat warga sekitar tanpa satupun yang memakai sepatu, dia tersenyum lebar,
benar-benar segmentasi pasar sangat ideal untuk menjadikan produknya sebagai market leader di daerah tersebut. Walaupun
sulit meyakinkan mereka, namun itulah cara pandang, masa depan bisa dieubah
hanya dengan cara pandang kita lebih jernih menyikapi permasalahan.
______________________________________
Mengendalikan Pikiran
Pikiran adalah
pembantu yang baik tetapi penguasa yang buruk.
Seperti tukang
yang memiliki berbagai alat bantu, palu hanyalah salah satu alat. Fungsinya
untuk memukul paku dan sejumlah tugas lain yang terbatas. Demikian juga
pikiran. Letakkan pikiran sebatas sebagai alat bantu bagi manusia.
______________________________________
Nalar manusia terletak diantara nafsu dan nurani, Jika NAFSU
berkuasa dalam diri manusia, NALAR akan mencari DALIH untuk merekayasa
kebenaran Jika NURANI berkuasa dalam
diri manusia, NALAR akan mencari DALIL untuk membuktikan kebenaran
ANTARA ENGKAU DAN
TUHANMU
Bila engkau JUJUR,
mungkin orang
lain akan MENIPUMU
…biarpun begitu
TETAPLAH BERBUAT JUJUR.
Bila engkau BEKERJA KERAS,
mungkin engkau tidak juga KAYA
… biarpun begitu TETAPLAH BEKERJA KERAS.
Bila engkau
MEMBANGUN,
mungkin orang
lain akan MENGHANCURKANNYA
...biarpun begitu
TETAPLAH MEMBANGUN
Bila engkau melakukan KEBAIKAN,
mungkin orang membalasnya dengan KEBURUKAN
…biarpun begitu TETAPLAH BERBUAT BAIK.
Sebab pada akhirnya,
SEMUA HANYA antara ENGKAU dan TUHANMU.
2.
Nafsu
Nafsu diartikan
sebagai selera, gairah, keinginan, dorongan hati yang kuat terhadap sesuatu.
•
Nafsu
mendorong manusia melakukan sesuatu untuk keberlangsungan kehidupan.
•
Semua
itu tidak tercela, jika
diupayakan tanpa melanggar
syariat atau membuat manusia lupa kepada Allah
“Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” --- QS Ali Imron : 14
DAYA NAFSU
Nafsu mempunyai daya untuk memerintah dan melarang. Mengikuti hawa nafsu berarti memenuhi semua permintaan nafsu dan mengerjakan semua yang diinginkannya.
Jika nafsu yang berkuasa, ia akan merusak kehidupan manusia.
Nafsu mempunyai daya untuk memerintah dan melarang. Mengikuti hawa nafsu berarti memenuhi semua permintaan nafsu dan mengerjakan semua yang diinginkannya.
Jika nafsu yang berkuasa, ia akan merusak kehidupan manusia.
Tingkatan
Pengaruh Nafsu bagi Manusia
- Manusia yang dikuasai nafsu
- Manusia yang kadang menang kadang kalah
melawan nafsu
- Manusia yang mampu menguasai hawa nafsunya
Mengendalikan
Nafsu
Nafsu itu seperti arus air, kita tidak bisa membendungnya tetapi kita bisa membelokkan arahnya ke jalur yang benar. Nafsu seksual disalurkan melalui pernikahan, nafsu perut dipenuhi dengan mencari rizki yang halal.
Nafsu itu seperti arus air, kita tidak bisa membendungnya tetapi kita bisa membelokkan arahnya ke jalur yang benar. Nafsu seksual disalurkan melalui pernikahan, nafsu perut dipenuhi dengan mencari rizki yang halal.
Nafsu itu seperti
kuda tunggangan. Apabila kita mampu mengendalikan, ia akan membantu kita
mengantarkan ke tujuan. Bila kita tidak mampu mengendalikan maka kita akan
terseret tak tentu arah dan tujuan.
3.
Nurani
•
Nurani
disebut juga suara hati, kata
hati, atau gerak hati.
•
Dalam
Al-Qur'an, nurani disebut bashirah, yang mengandung arti pandangan mata
batin sebagai lawan dari pandangan mata kepala.
“Maka
apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang
dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat
mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta,
ialah hati yang di dalam dada.” ---- QS Al-Hajj : 46
Cara kerja nurani
Manusia
sebelum bertindak atau melakukan sesuatu, ia sudah mempunyai kesadaran atau pengetahuan umum bahwa ada yang baik dan ada
yang buruk.
Menjelang
suatu tindakan nurani akan
mengatakan perbuatan itu baik atau buruk. Jika
perbuatan itu baik, nurani muncul sebagai suara yang menyuruh.
Jika perbuatan itu buruk, nurani akan muncul sebagai suara
yang melarang.
Saat
tindakan dijalankan, nurani masih
tetap bekerja, yakni menyuruh atau melarang.
Nurani yang jernih
=> Imam Ghazali memisalkan
hati nurani dengan kaca cermin. Bagi orang yang bersih dari dosa, maka
nuraninya bagaikan cermin yang bening, sekecil apapun noda di wajah, segera
akan nampak di cerminnya.
Nurani yang berkabut
=> Orang yang suka melakukan dosa
kecil, maka nuraninya bagaikan cermin yang terkena debu. Ia bisa menggambarkan
wajah, tetapi noda-noda kecil tidak nampak. Sedangkan orang yang biasa
melakukan dosa besar, maka nuraninya gelap, seperti cermin yang tersiram cat
hitam
Menyibak nurani yang berkabut
Secara umum
jawabannya adalah menjauhi perbuatan dosa, baik dosa kepada Tuhan maupun dosa
kepada manusia, karena perbuatan dosa merupakan daki yang mengotori cermin
hati.
Berakrab-akrab
dengan problem kemanusiaan juga bisa menajamkan nurani. Orang yang selalu bergelut langsung membantu kesulitan orang
kecil, rakyat kebanyakan, maka nuraninya akan semakin bercahaya. Hatinya
menjadi lembut, rasa syukurnya meningkat.
________________________________________
Memanggil Kembali Fitrah Manusia
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” ------ QS Rum : 30
Jiwa manusia
tidak pernah diam mencari sesuatu yang belum dicapai dan didapatkan. Dan tidak
ada kekuatan yang dapat membendungnya untuk mendapatkan kebutuhan itu sebelum
sampai kepada Tuhan, pemilik segala kesempurnaan.
Hanya ketika hati
sudah sampai kepada Tuhan yang diibadahi, mengetahui-Nya, menuju kepada-Nya,
dan berhadapan dengan-Nya manusia akan menemukan ketenangan dan ketentraman
Bagikan
Memanggil Kembali Fitrah Manusia, Menyibak Nurani yang Berkabut
4/
5
Oleh
Mansur Hidayat