Sabtu, 07 Oktober 2017

Menikmati Keindahan Sunrise Bromo tak Harus Menginap. Tips Budget Minim!


Bromo merupakan salah satu wisata andalan jawa timur, keindahan alam yang ditawarkan sangat memanjakan mata, gunung yang berada di perbatasan malang dan probolinggo tersebut sering dijadikan salah satu tujuan wisata para Sunrise Hunter. Tak hanya masyarakat lokal bahkan sampai mancanegara banyak sekali dijumpai di bukit penanjakan (tempat menunggu sunrise).

Kali ini saya akan membagikan mengalaman kami menikmati keindahan bromo dengan biaya hemat, versi mahasiswa banget.

Dari ke empat orang yang akan berangkat, hanya satu dari kami pernah melakukan perjalanan menuju bromo. saran untuk teman-teman kalau ke sana seharusnya ada yang sudah berpengalaman, soalnya di atas GPS tidak aktif. Ada beberapa persiapan yang harus kamu bawa. Seperti kaos kaki & sepatu, sarung tangan, jaket. Karena di sana hawanya sangat dingin & ekstrim sehingga diharapkan daya tahan tubuh harus dalam keadaan fit.

Bawa motor
Jika ingin menhemat biaya menuju bromo, bawa motor sendiri, jika kamu membawa mobil hanya parkir sampai pintu masuk untuk menuju puncak kalian dipaksa ganti mobil jeep dan membayar cukup lumayan. Kami berangkat dari malang pukul 00.00 dinihari, ada tiga jalur menuju bromo yaitu lewat pasuruan, tumpang dan satunya lewat probolinggo. Kami memilih lewat pasuruan karena “katanya” jalannya lebih manusiawi.

Bawa bekal makanan
Dengan membawa bekal sendiri menjadikan lebih ramah di saku kami, karena disana makanan cukup mahal. Atau setidaknya kalian membelinya dari malang, kan banyak warung buka 24Jam, seperti contohnya warung bu marni jalan bendungan sutami. namun kami memilih masak sendiri agar lebih hemat.

Tiket masuk
Setelah kami berangkat, sekitar 3 jam kami melewati jalan curam, gelap dan masuk ke dalam hutan sampai juga kami di pintu masuk wisata bromo, cukup membayar 25rb satu orang, kalau satu motor boncengan dengan 50rb kita mendapatkan tiket masuk menuju bromo. Sampai di pintu masuk saat itu sekitar pukul 3 dini hari.

Setelah kami melewati pintu masuk, petualangan baru dimulai, jalan yang berliku, walaupun sudah aspal bagus, tetap saja kalau bukan ahli mengendarai motor perlu diwaspadai. Namun ketika sudah melewati pintu masuk, banyak sekali orang bersamaan menuju puncak, berbeda ketika sebelum menuju pintu masuk, sangat mengerikan. "Sempat pada saat sampai di pertigaan (walau ada plang arah) ada orang yang mengarahkan menuju arah lain, dan untungnya teman saya sadar kalau orang itu hanya menipu kami. Entah apa modusnya (kami beranggapan begal)". Jadi saran buat teman-teman kalau kesana bawa rombongan yang cukup banyak, mengantisipasi hal seperti ini.

Banyak tawaran tebengan
Satu hal yang pasti dijumpai ketika hampir sampai bukit penanjakan adalah jasa antar jemput, karena macet parah, motor kami parkir di pinggir jalan kami berjalan dari situ. Jasa-jasa antar jemput sangat banyak dijumpai, dengan alasan masih jauh lah atau biar cepat sampai, yang jelas abaikan saja, karena perjalanannya ndak jauh-jauh banget kok.

Kami sampai di atas bukit penanjakan pukul 4.30 masih cukup lama untuk menunggu sunrise, tapi jangan salah, turis dan wisatawan sudah memenuhi tempat tersebut. Alhasil untuk mencari celah kami terpaksa menerobos lewat samping itupun hanya mendapat celah kecil mendapatkan tempat melihat sunrise.

Menikmati keindahan bromo
Setelah lelah-lelah berkendara dan jalan menuju penanjakan, lelah kami terbayar lunas dengan keindahan alam bromo, ketika sunrise ternyata tempat kami seperti di atas awan, perlahan lingkungan sekitar menampakkan wujudnya, yang sebelumnya hanya gelap telah tampak pegunungan bromo yang sesungguhnya. Dijamin ndak nyesel dengan pemandangannya.

Setelah puas kami berfoto-foto di bukit penanjakan, saatnya turun menuju lautan pasir dan kawah bromo. Nah disini ekstrim nya, semula kami sangat kediginan, bahkan salah satu rekan kami sempat muntah-muntah, berbeda di lautan pasir hawanya sangat panas dan jalannya hanya pasir sejauh mata memandang, (disarankan memakai masker). Pemandangannya pun tak kalah menabjukkan, kami tak henti-hentinya kagum dengan keindahan bromo.

Setelah puas ber-selfie2 ria sekitar pukul 09.00 di lautan pasir kami kembali ke atas untuk pulang.

Kelemahan 
*membutuhkan stamina yang banyak (karena tanpa istirahat)
*capek, nagntuk, suhu ekstrim (bahkan kami langsung tumbang dua hari karena kecapean)
*debu, yups debu di bromo sangat mengganggu terutama di lautan pasir
*motor tidak kuat, setelah kembali dari lautan pasir motor kami tak mampu untuk boncengan, alhasil harus jalan salah satu.

______________________
Itulah pengalaman kami menikmati keindahan gunung bromo. Semoga bermanfaat

Sampai jumpa ^_^

Bagikan

Jangan lewatkan

Menikmati Keindahan Sunrise Bromo tak Harus Menginap. Tips Budget Minim!
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.