Bromo merupakan salah satu wisata andalan jawa timur,
keindahan alam yang ditawarkan sangat memanjakan mata, gunung yang berada di
perbatasan malang dan probolinggo tersebut sering dijadikan salah satu tujuan
wisata para Sunrise Hunter. Tak hanya masyarakat lokal bahkan sampai
mancanegara banyak sekali dijumpai di bukit penanjakan (tempat menunggu
sunrise).
Kali ini saya akan membagikan mengalaman kami menikmati
keindahan bromo dengan biaya hemat, versi mahasiswa banget.
Dari ke empat orang yang akan berangkat, hanya satu dari
kami pernah melakukan perjalanan menuju bromo. saran untuk teman-teman kalau ke sana
seharusnya ada yang sudah berpengalaman, soalnya di atas GPS tidak aktif. Ada beberapa persiapan
yang harus kamu bawa. Seperti kaos kaki & sepatu, sarung tangan, jaket. Karena
di sana hawanya sangat dingin & ekstrim sehingga diharapkan daya tahan tubuh harus dalam
keadaan fit.
Bawa motor
Jika ingin menhemat biaya menuju bromo, bawa motor sendiri, jika kamu membawa mobil hanya parkir sampai pintu masuk untuk menuju puncak kalian dipaksa ganti mobil jeep dan membayar cukup lumayan. Kami berangkat dari malang pukul 00.00 dinihari, ada tiga jalur menuju
bromo yaitu lewat pasuruan, tumpang dan satunya lewat probolinggo. Kami memilih
lewat pasuruan karena “katanya” jalannya lebih manusiawi.
Bawa bekal makanan
Dengan membawa bekal sendiri menjadikan lebih ramah di saku kami,
karena disana makanan cukup mahal. Atau setidaknya kalian membelinya dari
malang, kan banyak warung buka 24Jam, seperti contohnya warung bu marni jalan
bendungan sutami. namun kami memilih masak sendiri agar lebih hemat.
Tiket masuk
Setelah kami berangkat, sekitar 3 jam kami melewati jalan
curam, gelap dan masuk ke dalam hutan sampai juga kami di pintu masuk wisata
bromo, cukup membayar 25rb satu
orang, kalau satu motor boncengan dengan 50rb kita mendapatkan tiket masuk
menuju bromo. Sampai di pintu masuk saat itu sekitar pukul 3 dini hari.
Setelah kami melewati pintu masuk, petualangan baru dimulai,
jalan yang berliku, walaupun sudah aspal bagus, tetap saja kalau bukan ahli
mengendarai motor perlu diwaspadai. Namun ketika sudah melewati pintu masuk,
banyak sekali orang bersamaan menuju puncak, berbeda ketika sebelum menuju
pintu masuk, sangat mengerikan. "Sempat pada saat sampai di pertigaan (walau ada
plang arah) ada orang yang mengarahkan menuju arah lain, dan untungnya teman
saya sadar kalau orang itu hanya menipu kami. Entah apa modusnya (kami
beranggapan begal)". Jadi saran buat teman-teman kalau kesana bawa rombongan yang
cukup banyak, mengantisipasi hal seperti ini.
Banyak tawaran tebengan
Satu hal yang pasti dijumpai ketika hampir sampai bukit
penanjakan adalah jasa antar jemput, karena macet parah, motor kami parkir di
pinggir jalan kami berjalan dari situ. Jasa-jasa antar jemput sangat banyak
dijumpai, dengan alasan masih jauh lah atau biar cepat sampai, yang jelas
abaikan saja, karena perjalanannya ndak jauh-jauh banget kok.
Kami sampai di atas bukit penanjakan pukul 4.30 masih cukup
lama untuk menunggu sunrise, tapi jangan salah, turis dan wisatawan sudah
memenuhi tempat tersebut. Alhasil untuk mencari celah kami terpaksa menerobos
lewat samping itupun hanya mendapat celah kecil mendapatkan tempat melihat
sunrise.
Menikmati keindahan bromo
Setelah lelah-lelah berkendara dan jalan menuju penanjakan,
lelah kami terbayar lunas dengan keindahan alam bromo, ketika sunrise ternyata
tempat kami seperti di atas awan, perlahan lingkungan sekitar menampakkan
wujudnya, yang sebelumnya hanya gelap telah tampak pegunungan bromo yang
sesungguhnya. Dijamin ndak nyesel dengan pemandangannya.
Setelah puas kami berfoto-foto di bukit penanjakan, saatnya
turun menuju lautan pasir dan kawah bromo. Nah disini ekstrim nya, semula kami
sangat kediginan, bahkan salah satu rekan kami sempat muntah-muntah, berbeda di lautan
pasir hawanya sangat panas dan jalannya hanya pasir sejauh mata memandang, (disarankan
memakai masker). Pemandangannya pun tak kalah menabjukkan, kami tak
henti-hentinya kagum dengan keindahan bromo.
Setelah puas ber-selfie2 ria sekitar pukul 09.00 di lautan
pasir kami kembali ke atas untuk pulang.
Kelemahan
*membutuhkan stamina yang banyak (karena tanpa istirahat)
*capek, nagntuk, suhu ekstrim (bahkan kami langsung tumbang dua hari
karena kecapean)
*debu, yups debu di bromo sangat mengganggu terutama di
lautan pasir
*motor tidak kuat, setelah kembali dari lautan pasir motor
kami tak mampu untuk boncengan, alhasil harus jalan salah satu.
______________________
Itulah pengalaman kami menikmati keindahan gunung bromo. Semoga
bermanfaat
Sampai jumpa ^_^
Bagikan
Menikmati Keindahan Sunrise Bromo tak Harus Menginap. Tips Budget Minim!
4/
5
Oleh
Mansur Hidayat