Rabu, 01 November 2017

Potret Kebobrokan Moral (kids zaman now) Akibat Minimnya Literasi


Indonesia memiliki PR yang teramat berat dalam mengantarkan “produk” pendidikan menjadi sekelas Negara Finlandia, literasi digadang-gadang sebagai pondasi awal agar Negara ini mampu bersaing dengan Negara lain. Karena literasi tidak hanya tentang baca tulis. Dengan literasi orang bisa mengenali jenis informasi, dengan literasi ikut serta dalam memberikan informasi bermanfaat, dengan literasi pula Negara bisa terhindar dari budaya “membebek”.

Kebiasaan membaca masih menjadi topic yang hangat di perbincangkan dalam berbagai acara seminar maupun talkshow. Kali ini, gramedia back to campus dalam acara yang bertajuk #PassionAku yang diselenggarakan oleh UKM Penulis Universitas Negeri Malang di Aula Ki hajar dewantara mencoba menggugah kembali kaula muda untuk memikirkan pentingnya literasi bagi Indonesia berkemajuan.

Kang maman sebagai pembicara utama pada acara tersebut tak henti-hentinya menekankan pentingnya literasi. “Indonesia memiliki minat baca yang sangat rendah yaitu 0,01% bahkan menduduki urutan ke 2 terendah dari 62 negara” ujar seorang notulen sekaligus pencetus acara ILK tersebut.

Hal tersebut di perparah dengan fakta bahwa Indonesia mayoritas seorang muslim, kita semua tahu perintah pertama turun dalam alqur’an bukan sholat, puasa ataupun naik haji tetapi iqro’ (membaca) lalu disusul surat kedua yaitu Al-Qalam yang memiliki arti “pena”. Maka sangat jelas perintah membaca dan menulis (literasi) sudah jauh-jauh diperintahkan dalam al-quran, lalu muncul pertanyaan bagaimana bisa muslim terbanyak di dunia memiliki minat baca sangat rendah, bahkan kalah dengan Negara yang saat ini belum menjadikan islam sebagai agama mereka.

Hal tersebut juga ditekankan oleh mas willy ariwiguna seorang pengelola ruang baca aqil lowokwaru Malang “sebenarnya minat baca masyarakat Indonesia ini tinggi, namun pertanyaannya adalah yang dibaca apa?” sindiran tersebut sangatlah pantas menggambarkan kebiasaan virus “zaman now” di berbagai kalangan, bukan saja anak kecil tapi semua kalangan. Bangun tidur, hangout, menunggu kendaraan, HP merupakan dambaan yang tak bisa lepas dari genggaman.

Budaya literasi jika tidak dikembangkan dengan baik ibarat “bebek” di giring menuju pemotongan hanya nurut saja. Karena teknologi merupakan sumber informasi utama saat ini ibarat pedang bermata dua, selain mempermudah informasi juga boomerang bagi pemiliknya sendiri. Kita ingat peristiwa aksi damai beberapa waktu lalu, massa di datangkan ber juta-juta umat, hanya lewat media sosial mereka meggaungkan agenda mereka. Masih segar juga tentang perkataan gubernur DKI Jakarta Anies baswedan hanya dengan kata “pribumi” bisa menjadikan publik media riuh dengan pro dan kontra. Begitulah kuatnya permainan kata, jika kita bangsa yang besar ini tidak memiliki minat literasi yang tinggi jangan heran jika kita menjadi budak di negeri sendiri.

Berbicara tentang teknologi, Indonesia merupakan salah satu pasar smartphone terbesar di dunia, riset yang dilakukan lembaga riset digital marketing “emarketer” yang dikutip kominfo memperkirakan jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia pada tahun 2018 lebih dari 100 juta pengguna. Pasar yang amat mengiurkan bagi pengembang smartphone dunia. Namun sayangnya penggunaan teknologi tersebut tidak diiringi dengan kemampuan intelegensi dan pengetahuan yang memadai. Maka muncul istilah “kids zaman now” merupakan cikal bakal kebobrokan moral di Indonesia dari penggunaan teknologi.

Maka jangan heran pagi ini juga jutaan orang sudah menyebarkan berita hoax dan ujaran kebencian lewat social media mereka. Jangan heran pula jika trending topic youtube dan search engine google, top pencarian nomor satu Indonesia adalah tentang video porno. lebih mengenaskan lagi jika kalian membuka histats com yaitu situs yang memberikan layanan untuk melihat jumlah pengunjung atau blog setiap harinya, disitu coba kalian lihat blog/website popular dengan pengunjung terbanyak setiap harinya 10 top pengunjung Indonesia adalah situs porno. Mengherankan bukan?

Maka sudah jelas kita perlu berbenah diri, Indonesia tidak butuh kritikan Indonesia butuh seorang yang memiliki jiwa perubahan. Mulailah dari diri sendiri, misalnya menerapkan metode triangulasi dalam penyebaran informasi grup WA, kenali dulu, gali informasi agar tidak ikut serta dalam menyebarkan berita hoax.

Sepertinya bangsa ini perlu belajar lagi dari tokoh-tokoh terdahulu seperti ki hajar dewantara dengan “taman siswa” dijadikan panutan Negara finlandia, mengantarkan nomor 1 dengan pendidikan dan literasi terbaik di dunia.

________________________
Akhir kata, mengutip dari perkataan kang maman ”jangan menjadi apatis, tapi skeptis”

mulailah dengan membudayakan literasi pada diri kalian sendiri, lalu saudara, dan teman teman kita.

Bagikan

Jangan lewatkan

Potret Kebobrokan Moral (kids zaman now) Akibat Minimnya Literasi
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.