Indonesia memiliki PR yang teramat berat dalam mengantarkan “produk”
pendidikan menjadi sekelas Negara Finlandia, literasi digadang-gadang sebagai pondasi
awal agar Negara ini mampu bersaing dengan Negara lain. Karena literasi tidak
hanya tentang baca tulis. Dengan literasi orang bisa mengenali jenis informasi,
dengan literasi ikut serta dalam memberikan informasi bermanfaat, dengan
literasi pula Negara bisa terhindar dari budaya “membebek”.
Kebiasaan membaca masih menjadi topic yang hangat di
perbincangkan dalam berbagai acara seminar maupun talkshow. Kali ini, gramedia
back to campus dalam acara yang bertajuk #PassionAku yang diselenggarakan oleh
UKM Penulis Universitas Negeri Malang di Aula Ki hajar dewantara mencoba
menggugah kembali kaula muda untuk memikirkan pentingnya literasi bagi
Indonesia berkemajuan.
Kang maman sebagai pembicara utama pada acara tersebut tak
henti-hentinya menekankan pentingnya literasi. “Indonesia memiliki minat baca
yang sangat rendah yaitu 0,01% bahkan menduduki urutan ke 2 terendah dari 62
negara” ujar seorang notulen sekaligus pencetus acara ILK tersebut.
Hal tersebut di perparah dengan fakta bahwa Indonesia
mayoritas seorang muslim, kita semua tahu perintah pertama turun dalam alqur’an
bukan sholat, puasa ataupun naik haji tetapi iqro’ (membaca) lalu disusul surat kedua yaitu Al-Qalam yang
memiliki arti “pena”. Maka sangat jelas perintah membaca dan menulis (literasi)
sudah jauh-jauh diperintahkan dalam al-quran, lalu muncul pertanyaan bagaimana
bisa muslim terbanyak di dunia memiliki minat baca sangat rendah, bahkan kalah
dengan Negara yang saat ini belum menjadikan islam sebagai agama mereka.
Hal tersebut juga ditekankan oleh mas willy ariwiguna
seorang pengelola ruang baca aqil
lowokwaru Malang “sebenarnya minat baca masyarakat Indonesia ini tinggi, namun
pertanyaannya adalah yang dibaca apa?” sindiran tersebut sangatlah pantas
menggambarkan kebiasaan virus “zaman now” di berbagai kalangan, bukan saja anak
kecil tapi semua kalangan. Bangun tidur, hangout, menunggu kendaraan, HP
merupakan dambaan yang tak bisa lepas dari genggaman.
Budaya literasi jika tidak dikembangkan dengan baik ibarat “bebek”
di giring menuju pemotongan hanya nurut saja. Karena teknologi merupakan sumber
informasi utama saat ini ibarat pedang bermata dua, selain mempermudah
informasi juga boomerang bagi pemiliknya sendiri. Kita ingat peristiwa aksi
damai beberapa waktu lalu, massa di datangkan ber juta-juta umat, hanya lewat
media sosial mereka meggaungkan agenda mereka. Masih segar juga tentang
perkataan gubernur DKI Jakarta Anies baswedan hanya dengan kata “pribumi” bisa
menjadikan publik media riuh dengan pro dan kontra. Begitulah kuatnya permainan
kata, jika kita bangsa yang besar ini tidak memiliki minat literasi yang tinggi
jangan heran jika kita menjadi budak di negeri sendiri.
Berbicara tentang teknologi, Indonesia merupakan salah satu
pasar smartphone terbesar di dunia, riset yang dilakukan lembaga riset digital
marketing “emarketer” yang dikutip kominfo memperkirakan jumlah pengguna aktif
smartphone di Indonesia pada tahun 2018 lebih dari 100 juta pengguna. Pasar yang
amat mengiurkan bagi pengembang smartphone dunia. Namun sayangnya penggunaan
teknologi tersebut tidak diiringi dengan kemampuan intelegensi dan pengetahuan
yang memadai. Maka muncul istilah “kids zaman now” merupakan cikal bakal
kebobrokan moral di Indonesia dari penggunaan teknologi.
Maka jangan heran pagi ini juga jutaan orang sudah
menyebarkan berita hoax dan ujaran kebencian lewat social media mereka. Jangan heran
pula jika trending topic youtube dan search engine google, top pencarian nomor
satu Indonesia adalah tentang video porno. lebih mengenaskan lagi jika kalian
membuka histats com yaitu situs yang
memberikan layanan untuk melihat jumlah pengunjung atau blog setiap harinya,
disitu coba kalian lihat blog/website popular dengan pengunjung terbanyak
setiap harinya 10 top pengunjung Indonesia adalah situs porno. Mengherankan bukan?
Maka sudah jelas kita perlu berbenah diri, Indonesia tidak
butuh kritikan Indonesia butuh seorang yang memiliki jiwa perubahan. Mulailah dari
diri sendiri, misalnya menerapkan metode
triangulasi dalam penyebaran informasi grup WA, kenali dulu, gali informasi
agar tidak ikut serta dalam menyebarkan berita hoax.
Sepertinya bangsa ini perlu belajar lagi dari tokoh-tokoh
terdahulu seperti ki hajar dewantara dengan “taman siswa” dijadikan panutan Negara
finlandia, mengantarkan nomor 1 dengan pendidikan dan literasi terbaik di dunia.
________________________
Akhir kata, mengutip dari perkataan kang maman ”jangan
menjadi apatis, tapi skeptis”
mulailah dengan membudayakan literasi pada diri kalian
sendiri, lalu saudara, dan teman teman kita.
Bagikan
Potret Kebobrokan Moral (kids zaman now) Akibat Minimnya Literasi
4/
5
Oleh
Unknown