Minggu, 19 November 2017

Pendidikan dan Kekinian untuk Generasi Z


Apa pengertian generasi Z
Menurut generasi teori menyebutkan ada beberapa tingkatan dalam membagi golongan generasi menurut tahun lahirnya, Generasi X, lahir 1965-1980,  Generasi Y, lahir 1981-1994, Generasi  Z, lahir 1995-2010, dan Generasi Alpha, lahir 2011-2025.

Generasi z merupakan kelanjutan dari generasi milenial, sejak kecil mereka sudah mengenal adanya internet dan social media. Perubahan – perubahan kecil pun tak bisa dihindarkan, mereka tidak lagi menggunakan Koran bahkan televisi sebagai sumber utama dalam mendapatkan informasi, namun menempatkan social media dan berita online pada urutan pertama dalam mendapatkan informasi.

Karakteristik generasi z
Cerdas teknologi, tak perlu diragukan mengenai kemampuan bermain teknologi, mereka besar dalam lingkungan perkembangan teknologi yang pesat. Bahkan tak jarang pula dikala orang tuanya sibuk dengan pekerjaan mereka diberi mainan smartphone oleh orang tuanya.

Berbeda dengan generasi sebelumnya, generasi Y pertumbuhan teknologi baru tersentuh mulai sekolah menengah sampai sekolah atas, mereka tumbuh dewasa masih menggunakan permainan tradisional sebagai teman kecil mereka.

Sangat kontras sekali dengan generasi Z yang bahkan sudah memiliki akun social media sejak SD, menurut pakar IT (nukman luthfie) tipe generasi z ini bisa disebut sebagai generasi digital, dan terbagi menjadi dua kategori, yaitu tipe pembuat konten (creator) dan tipe memakai hanya sarana percakapan (conversationalist)

Kehidupan sosial, generasi z dalam sarana jejaring sosial lebih mengedepankan dunia maya sebagai sarana sosial kehidupan mereka. Mereka bisa menggunakan fecebook, twitter dan IG untuk sarana komunikasi.

Meskipun terkesan terkurung dalam dunia digital, potensi mereka jauh lebih baik dalam melihat peluang pekerjaan. Sejauh ini pandangan terhadap generasi z masih banyak menilai positif, mereka lebih serba bisa, berfikir global, berfikiran terbuka, lebih cepat terjun ke ranah pekerjaan dan yang pasti lebih ramah teknologi.

Berwawasan, mereka terkesan memiliki pandangan lebih terbuka dengan mudahnya sarana teknologi, informasi dari seluruh dunia pun mereka cepat tahu. Keberagaman menjadi hal unik dalam diri mereka, mereka terbiasa dengan memadukan bermacam kegiatan menjadi satu (multitasking) misalkan mendengarkan music, sambil membaca, dan sesekali menonton video.

Sebagai sarana komunikasi tersebut, mereka butuh konektivitas, banyaknya sosial media yang digunakan tak bisa lepas dari adanya konektivitas sebagai kebutuhan. Generasi z dinilai pertama kali generasi digital, smartphone dan social media tidak lagi dipandang hanya sebagai sebuah aplikasi dan plathform akan tetapi lebih dari itu. Mereka memandang sebagai cara hidup. Memang terdengar berlebihan tetapi banyak studi literature yang menyebutkan demikian.

Pendidikan generasi Z
Guru harus kekinian, guru sebagai ujung tombak pendidikan merupakan lentera perubahan “akan kemanakah generasi ini di bawa”, dengan adanya guru semua kebijakan pendidikan ataupun kurikulum dari pemerintah bisa tersampaikan kepada subyek pendidikan yaitu murid.

Sekarang ini generasi Z sudah memasuki dunia pendidikan awal hingga perguruan tinggi, generasi Z mendominasi semua “produk” pendidikan di sekolah manapun. Oleh karena itu pendidikan dan pembelajaran yang tidak bisa terpisahkan dari tugas berat guru harus bisa tersampaikan kepada generasi Z.

Memadukan teknologi dan pendidikan sudah saatnya dilakukan, jangan sampai generasi Z menilai bahwa pendidikan mengajarkan hal kuno, mengapa demikian? Mereka jauh lebih bisa mengetahui pengetahuan dari internet, bisa dibayangkan ketika guru masih menggunakan metode konvensional sebagai sarana belajar? Membosankan.

Pola pembelajaran kontekstual, pembelajaran kontekstual adalah memadukan teori dengan contoh rill yang nyata dalam kehidupan sehari – hari, guru bisa menggunakan cara tersebut untuk menarik respon siswa terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung.

Kombinasi dengan IT jauh lebih baik, pembelajaran konseptual menuntut guru agar mencari contoh nyata tentu memakan waktu. Dengan kombinasi dengan pola pembelajaran berbasis teknologi tentu sangat memudahkan guru.

Aplikasi pembelajaran, fenomena smartphone bisa dimanfaatkan guru untuk sarana belajar, memang pemanfaatan smartphone masih sangat rentan oleh generasi Z, maka pola pembelajaran menggunakannya akan meminimalisisr efek negatif yang ditimbulkan.

Banyak sekali aplikasi pembelajaran berbasis smartphone yang bisa di gunakan guru, sebut saja google classroom, dengan aplikasi tersebut menghubungkan siswa dengan guru dengan fitur yang sangat mudah digunakan, tidak perlu repot dengan pembuatan aplikasi, dengan google classroom guru bisa menciptakan ruang kelas online secara gratis. Aplikasinya bisa di unduh melalui google play store.

_________________________________
Kenapa harus google classroom? (Karena itu skripsi saya) hehe. jadi mohon do’a restunya semoga cepat selesai. Insya Allah cara penggunaanya akan saya share dalam blog ini.


Salam ^_^

Bagikan

Jangan lewatkan

Pendidikan dan Kekinian untuk Generasi Z
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.